"Lan, lo nggak makan?" Edgar menghampiri meja Alana, gadis itu masih saja sibuk dengan laptopnya, wajahnya nampak sangat serius.
"Bentar, gue lagi ngerjain deadline." Alana menjawab tanpa melihat ke arah Edgar.
"Lo kuliah serius amat?"
"Gue serius dalam segala hal, emang lo."
Edgar menyeret sebuah kursi dan ikut duduk di samping Alana. Ia ikut mengintip laptop Alana. Tugas dari dosen yang sampai saat ini belum dikerjakannya. Edgar memang tak pernah serius kuliah, ingat tujuan dia memasuki fakultas ini, cuma mau mengikuti Alana.
"Saking seriusnya lo pernah dighosting, ya?" sindir Edgar. Alana hanya meliriknya sekilas, ia tak mau menjawab Edgar seperti biasanya. Tapi raut wajahnya tampak jengkel, terlihat dari caranya menekan tuts keyboard.
"Adrian sekarang gimana kabarnya?" Edgar semakin menyulut kemarahannya, sengaja.
"Spesies apa itu?" Alana melirik Edgar sengit, ia juga menutup laptopnya kasar.
"Halah, pura-pura bego. Udah bego beneran juga."
"Sory, otak gue gak bisa nyimpen hal-hal yang gak berguna kayak gitu."
"Mungkin dia udah nikah sama bule Aussie."
"Ama kangguru." Alana bangkit dan meninggalkan Edgar menuju kantin. Edgar tersenyum dan mengikutinya dari belakang.
"Ciye, gue mengorek luka lama."
"Udah mending kita makan, sebelum gue makan lo ditempat."
***
"Lan, Mas Agus kayaknya naksir lo."
"Mas Agus Indihome?"
"Agus asdos."
"Oh, dia namanya Agus?"
Agus adalah asdos mata kuliah filsafat ilmu dan logika. Orangnya lumayan keren sebenarnya, termasuk jajaran most wanted di universitas ini. Edgar heran, entah mengapa Alana mengabaikannya. Mungkin hati gadis itu telah mati.
"Kebangetan lo. Gitu aja nggak inget."
Edgar mencebik kesal saat Alana memindahkan sawi di mangkoknya ke mangkok Edgar. Gadis itu memang kurang suka makan sayur.
"Gue tau muka, lupa nama. Maklumlah gue terlalu fokus belajar."
Sebagai ganti sawi yang sudah dihibahkannya, ia mulai memindahkan ayam Edgar ke mangkoknya. Ia tau, Edgar kurang suka makan ayam. Ia memesan mi ayam karena mengikuti Alana saja.
"Biar apa coba rajin belajar kayak gitu?"
Alana berdecak mendengar pertanyaan bodoh Edgar. Sayangnya pertanyaan bodoh itu terlontar dari cowok yang tergolong cakep seperti Edgar. Cashing boleh ap*le tapi isi Xia*mi. Sudahlah, itulah mengapa ada pepatah Tuhan menciptakan manusia dengan segala kekurangan dan kelebihannya.
"Gue mau ambil beasiswa S2 di Jerman." Alana menjawab santai sambil menuangkan lima sendok sambal di mangkoknya.
"Hah? Beneran lo? Gak males apa ngambil ausbildung?"
"Apa? Lo mau ngikutin gue lagi?"
"Gue mau bilang papa gue, biar daftarin gue di sana."
"Lo gak bisa hidup tanpa gue, ya? Apa jauh dari gue kiamat buat idup lo?" sindir Alana.
"GR. Gue tertarik kuliah di sana soalnya katanya cewek di sana cantik-cantik." Edgar mengelak.
"Halah, bilang aja lo mau ngikutin gue. Udah kek satelit lo."
"Si Rian dari tadi ngeliat ke sini terus. Gue denger dia baru nembak lo?" Edgar berusaha mengalihkan pembicaraan. Rian adalah cowok yang selalu duduk di belakang Alana saat di kelas. Cowok model polos, lugu dan suci itu selalu diam-diam mencuri pandang ke Alana.
"Udah gue tolak."
"Kenapa? Gue liat 'tuh anak oke juga, gak kayak jamet yang ngejar-ngejar lo waktu SMA."
"Gue gak suka namanya."
"Kek jagal Jombang, ya?"
"Bukan. Nama depannya R. Inisial R meresahkan."
"Rian, Adrian ...."
"Sebut nama dia, gue sleding bolak balik lo!" Alana melirik Edgar dengan sengit, membuat cowok itu membuat tanda resleting di mulutnya.
Alana melanjutkan makannya hingga tersisa setengah mangkok. Sedang milik Edgar masih utuh.
"Udah bertahun-tahun masih belum bisa move on aja lo?" Edgar bertanya dengan lebih hati-hati.
"Udah, gue pergi. Bahas dia bikin gue pingin boker. Lo urus ini semua, ya." Alana pergi begitu saja meninggalkan Edgar.
"Payah, kuliah psikologi biar bisa nyembuhin orang. Hati dia sendiri aja masih sakit."
Selalu seperti itu. Alana selalu menghindar jika ia membicarakan masalah Adrian dan cowok lainnya. Selama beberapa tahun ini sudah beberapa cowok mendekatinya dan berakhir dighosting. Rupanya Alana benar-benar ingin balas dendam. Kini gadis itu menjelma jadi buaya betina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Mupeng (Complete)
HumorNggak ada persahabatan yang murni antara pria dan wanita? Setuju? Kalau nggak percaya baca aja cerita ini.