Edgar mengajak Alana mampir ke sebuah toko es krim. Biasanya setelah diberi es krim maka Alana akan lancar bercerita.
"Kenapa nggak dimakan? Bukannya lo suka rasa vanila?"
Edgar melihat es krim Alana masih utuh. Sedari gadis itu hanya memandanginya saja setelah mencobanya sedikit.
"Nggak enak."
Edgar mencoba sesendok es krim milik Alana, tidak ada yang aneh. Rasa es krim itu cukup enak.
"Mau pesan rasa lain?"
Alana menggeleng lemas. Sedari tadi ia hanya diam dan sesekali menghela nafas. Ia sedang memikirkan nasib hubungannya dengan Adrian yang sudah tak ada harapan. Baru kali ini ia mengalami patah hati separah ini.
Yang lebih menyakitkan, hanya dia yang menderita seperti ini, sedang Adrian terlihat sudah bahagia, sudah move on, bahkan sudah memiliki kekasih baru.
"Masih nggak mau cerita?"
"Nggak ada yang perlu diceritakan, Gar." Alana mencoba mengelak. Ia malas menceritakan perihal dirinya yang melihat Adrian yang telah memiliki kekasih baru.
"Kita nggak akan pulang ke Indo sebelum lo cerita yang sebenarnya. Kenapa lo tiba-tiba nangis nggak jelas kayak tadi?"
"Gue nggak papa, Gar. Gue cuma pingin nangis aja."
Edgar mengerutakan kening, tak percaya begitu saja alasan Alana yang absurd. Ia hanya bisa menduga satu hal, sesuatu yang bisa membuat Alana seperti itu, tak salah lagi.
"Lo abis ketemu Adrian 'kan?"
"Bukan ketemuan, sih. Tapi gue liat dia jalan di depan gue."
"Lo nggak manggil dia?"
Alana menggeleng, membuat Edgar frustasi dan menjambaki rambutnya sendiri. Sudah jauh-jauh pergi ke benua lain, melintasi samudera belum lagi bolak-balik ke kantornya, sudah di depan mata malah ... Ah, sudahlah. Ini pasti ada apa-apanya, pikir Edgar.
"Kenapa nggak lo panggil, hem?"
"Gimana mau manggil, Gar. Gue lihat dia jalan sama ... Sama ...."
"Sama siapa, Lan? Lo jangan bikin gue greregetan!"
"Sama cewek barunya, hua ...."
"Udah, jangan keburu nangis dulu. Tau dari mana lo, kalau dia cewek barunya?"
"Mereka mesra gitu, pakai acara benerin dasi, terus senyum-senyum ...."
"Belum tentu itu ceweknya, Lan. Lagian kenapa nggak lo tanyain langsung, sih?"
"Buat apa? Biar dia tau kalau gue belum bisa move on dari dia? Pake acara nyariin dia sampai ke sini. Gue malu, Gar."
"Terus kalau ternyata itu cewek bukan pacarnya, gimana?"
"Pasti pacarnya, mana ada temen biasa kayak gitu."
"Ya udah, sekarang mau lo gimana?"
"Gue mau balik ke Indo, besok kalau bisa."
"Kalau saran gue, sih. Mending lo ketemuan dulu sama dia. Kalau 'tuh cewek emang pacar dia, paling nggak lo bisa nanya, apa alasan dia ninggalin lo gitu aja."
"Gue nggak mau ketemu dia, buat apa? Tetep aja, balik-balik gue merana."
"Ya udah, terserah. Daripada pulang gimana kalau kita liburan ke Selandia Baru? Itung-itung buat refreshing. Mau, nggak?"
"Nggak! Pokonya gue mau pulang."
"Di sana ada aurora, lo belum pernah lihat 'kan?"
Alana mulai termakan bujukan Edgar, ia rasa tak ada salahnya refreshing untuk melupakan kesedihannya.
"Ada apaan lagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Mupeng (Complete)
MizahNggak ada persahabatan yang murni antara pria dan wanita? Setuju? Kalau nggak percaya baca aja cerita ini.