Alana pergi menemui teman-temannya saat Adrian pergi. Ia mengajak mereka menyewa perahu boat.
"Siapa yang nyetir, nih?" tanya Alana.
"Biar gue aja, cuma kek nyetir bom-bom car aja." Edgar berkata dengan pongahnya.
"Yakin bisa, lo?" Alana meragukan kemampuan Edgar.
"Bisa, tenang aja."
Mereka menaiki perahu boat yang mereka sewa secara patungan. Mereka sudah mengenakan helm dan pelampung. Seperti akan mengikuti acara benteng Takeshi.
Vivi yang mereka tinggalkan saat ke toilet, berteriak-teriak memanggil mereka. Ia melambai-lambaikan tangan dengan heboh.
"Ayang Edgar! Jangan tinggalin Vivi!"
"Gar, cewek lo manggil 'tuh!" Alana menepuk pundak Edgar yang sedang fokus menyetir.
"Biarin aja, ngajakin dia 'tuh nyusahin."
"Ngebut, Gar! Ngebut!"
Edgar merasa terprovokasi dengan ucapan Juki, ia menambah kecepatan speed boatnya. Membuat Alana menjerit-jerit.
"Edgar, pelan-pelan! Lo pingin kita semua mokat? Gue belum sempat kawin sama mas Adrian!"
***
"Gar, perasaan dari tadi kita muter-muter sekitar sini aja deh." Alana mulai merasa aneh.
"Masa?" Edgar balik bertanya, membuat Alana semakin khawatir.
"Balik, yuk!"
"Kok nggak nyala, wah bensin habis nih!" Edgar berusaha menghidupkan speed boat yang mendadak mati.
"Jangan becanda lo, Gar! Nggak lucu!"
"Beneran ini, nggak bisa nyala."
"Hua ... Yang bener? Bunda!" Alana menangis histeris, membuat Juki dan Cahyo kalang kabut menenangkannya.
"Gimana kalau kita renang sampai ke pantai?" saran Cahyo, yang biasanya cerdas.
"Terus speed boatnya kita tinggalin, gitu?" Edgar gemas ingin menjitak kepala Cahyo.
"Lo dorong lah."
"Lo pikir mobil mogok?"
Speed boat mereka terdampar di sebuah pulau kecil tak berpenghuni. Mereka tak tau nama pulau itu.
"Gar, ini di mana?" Alana melihat sekitar pulau itu dengan takut. Ia teringat adegan di film King Kong.
"Turun dulu, Lan." Perintah Edgar, hanya Alana yang belum turun dari speed boat.
"Nggak mau, Gar. Gue takut."
"Daripada lo terkatung-katung di laut."
"Tapi ...."
"Ada gue."
Akhirnya Alana bersedia turun. Berbeda dari Alana, Cahyo dan Juki malah tampak kegirangan. Mereka merasa sedang berpetualang mencari harta karun.
"Gila, asyik banget! Udah kek si bolang kita!" Alexis (sekarang gue panggil gitu aja, ya biar keren) berlari sambil mengitari pantai ini.
Sedang Cahyo ( mulai sekarang gue panggil Darrel) sibuk mengais pasir. Edgar heran melihat tingkah kedua temannya yang absurd.
"Lo pada ngapain, sih?"
"Kapan lagi kita berpetualang kek gini, Gar!"
"Terus lo nggak mikir, pulangnya gimana?"
"Ntar juga ada tim SAR yang nemuin kita." Alexis berkata dengan santainya (ini dibacanya Alexie ya, s nya diilangin. Emang gitu bacanya. Hadeh rempong banget gue)
"Gar, gue haus." Alana merajuk.
Edgar segera mencari di speed boat, siapa tau ada air mineral atau air apapun yang minum-able.
"Nggak ada air, Lan. Ada juga bensin." Edgar mengangkat jerigen bensin.
"Lah, itu ada bensin. Ngapa nggak lo isi, biar kita bisa pulang!" Alana berteriak sebal melihat ke'cerdasan' Edgar.
"Gue nggak tau lobangnya di mana."
"Makanya cari!"
Keempat orang itupun sibuk mencari lobang bensin. Mereka mengelilingi speed boat itu seperti orang thowaf.
"Gar, lubangnya yang ini bukan?" Darrel menunjuk sebuah lubang aneh di belakang speed boat.
"Iya, kayaknya itu, deh! Masukin gih." Edgar menyodorkan jerigen bensin itu pada Darrel.
"Mana corongnya?"
Edgar celingukan mencari corong. Ia pun tak tau seperti apa bentuk corong yang di maksud Darrel.
"Corong yang kerucut itu bukan?" tanya Edgar polos.
"Bukan, tapi yang bentuknya trapesium! Geblek sia!" Maki Darrel, keluar Sundanya.
"Kan gue cuma nanya, nyolot banget, sih!" Edgar lelah mencari, tak kunjung menemukan benda itu.
"Nggak ada yang modelan gitu. Udah, lo pakai aja mulut lo. Kek burung yang lagi nyuapin anaknya gitu," usul Edgar.
"Bagus lo, ya! Gue belum pernah first kiss sama cewek, malah lo suruh adegan pernapasan buatan sama lubang bensin."
"Ya udah pakai sedotan ini aja!" Edgar mengulurkan sedotan plastik yang ditemukannya di speed boat, lubangnya agak besar, mungkin bekas boba.
"Kok sedotan, sih? Selang kek."
"Selang infus?" Lagi-lagi Edgar bertanya polos.
"Ampun dah! Kalau gini caranya gue mau pensiun aja jadi temen lo."
"Yaelah, nyolot mulu lo. Pantesan nggak ada cewek yang mau sama lo. Elonya tempramen gini. Tuh cewek-cewek 'kan pada takut dikadeerte sama lo."
"Serah lo, dah! Lama-lama gue bisa stroke debat sama lo." Darrel pergi menjauhi Edgar sebelum ia berubah menjadi Hulk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Mupeng (Complete)
ComédieNggak ada persahabatan yang murni antara pria dan wanita? Setuju? Kalau nggak percaya baca aja cerita ini.