"Kamu cinta sama dia 'kan?"
"Kenapa Mama bisa ngomong kayak gitu?" Edgar terkejut mendengar pertanyaan mamanya. Edgar bingung, bagaimana mamanya bisa tau?
"Kamu lupa kalau Mama ini orang yang melahirkan kamu? Walau Mama ibu yang buruk, Mama tetap Mama kamu, orang yang paling mengerti kamu." Mama Edgar seolah paham akan kebingungan Edgar.
"Ma, apa begitu terlihat?"
"Mama khawatir kamu jadi seperti Mama, mencintai orang yang salah." Mama Edgar berkata dengan sendu. Sebenarnya Edgar tak tau dengan pasti tentang permasalahan kedua orangtuanya. Cukup ia tau mama papanya sebenarnya menyayanginya.
"Mama tenang aja, aku bisa mengatasinya. Dan soal ini, aku harap Alana nggak perlu tau."
"Soal itu tenang aja, kamu pikir mama ini orang yang bermulut ember?" Mama Edgar mengacak rambut Edgar kesal.
"Makasih, Ma."
"Nggak nyangka, anak mama sudah tumbuh jadi pria dewasa."
***
Keesokan harinya Edgar dan Alana berpamitan untuk pergi ke kantor Adrian. Mereka berencana naik MRT saja.
"Gar, kalian nggak diantar supir mama aja?"
"Nggak deh, Ma. Enakan pergi sendiri. Alana pingin naik MRT hehe ...."
"Ish, Edgar! Jangan cerita-cerita, gue malu ketahuan katrok." Alana menepuk pundak Edgar.
"Ya udah, kalau kalian minta jemput, share lock aja, ya?"
"Siap, Ma."
***
Edgar dan Alana sudah berada di dalam MRT. Alana tersenyum senang karena ini pengalaman pertama baginya.
"Gar, keretanya bersih, ya?"
"Beda ya, sama di Indo?"
"Tapi nggak seru ah, nggak ada yang jualan makanan."
"Kata siapa? Ada kok yang jualan. Mau nyari apa? Cilok? Cireng? Gehu?"
"Yang bener, Gar? Bule sini juga makan gituan?" Alana tak percaya dengan perkataan Edgar.
"Bohong!"
"Edgar!"
***
Edgar dan Alana sudah ada di depan kantor Adrian yang berada di kota Sidney Kantor itu terlihat sangat megah. Sepertinya perusahaan bonafit.
"Ayo masuk." Edgar menggandeng tangan Alana yang terasa dingin. Gadis itu sepertinya ragu-ragu akan memasuki lobby.
"Gar, kita balik aja, yuk?"
"Hah? Setelah kita udah jauh-jauh ke sini melintasi benua menyebrangi samudera, lo mau balik gitu aja? Lo sehat?"
"Gu-gue nervous mau ketemu dia," ucap Alana terbata-bata.
"Lebih besar mana rasa nervous lo sama rasa penasaran lo? Bicarain semua biar cepet kelar, dan lo bisa memulai hidup baru. Ada gue, percaya sama gue, semua akan baik-baik saja."
Alana mengangguk, ia merasa tenang setelah Edgar memberinya support. Ia melangkah dengan pasti memasuki lobby.
Edgar segera menghampiri meja resepsionis, seorang gadis bule berusia 25 tahunan yang terlihat ramah. Edgar tampak berbicara dengan resepsionis itu dalam bahasa Inggris. Alana hanya memperhatikan dari kursi lobby.
Setelah berbicara dengan resepsionis, Edgar menghampiri Alana dengan muka yang sedih.
"Dia bilang apa, Gar?"
"Katanya Adrian ada tugas ke negara bagian Queensland."
"Oh." Alana kecewa mendengarnya.
"Tenang aja, lo pasti bisa ketemu dia. Gue jamin." Janji Edgar.
Alana mengangguk ragu, walau begitu ia berusaha mempercayai janji Edgar. Sebenarnya sudah berkali-kali ia menghubungi Adrian lewat semua media sosialnya, tapi tak pernah di balas.
Satu hal yang membuat Alana sangat penasaran adalah kenapa Adrian tiba-tiba pergi meninggalkan dirinya. Setelah ia meminta Alana untuk mengikutinya. Alana heran, apa dia mempunyai kesalahan padanya, mengingat terakhir kali bertemu mereka masih baik-baik saja.
Alana hanya ingin memastikan ini semua, jika memang Adrian telah mempermainkannya, ia rela. Setidaknya ia tak digantung rasa penasaran. Walau ia ragu apa setelahnya dia bisa bangkit lagi dan memulai lembaran baru.
"Karena udah terlanjur di sini, gimana kalau kita ke pantai?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Mupeng (Complete)
HumorNggak ada persahabatan yang murni antara pria dan wanita? Setuju? Kalau nggak percaya baca aja cerita ini.