SUASANA Makan malam dirumah Altair benar-benar hening. Tidak ada satupun yang berbicara, hanya suara sendok dan garpu yang bersentuhan dengan piring hingga menimbulkan bunyi nyaring.
Disela-sela kunyahan nya, Altair menatap Papi, Mami nya dan juga Gamma, adiknya. Yang nampak tenang dan kalem. Tidak biasa nya keluarga nya seperti ini, walaupun sedang makan tapi pasti ada saja obrolan ringan dan juga candaan, tapi ini tidak sama sekali.
"Hmmm" Altair sengaja berdeham keras, tapi tidak ada reaksi apapun dari Papi, Mami nya ataupun Gamma.
"Ini pada kenapa si, Kok pada diem aja ga kaya biasa nya" Batin Altair
Setelah beberapa menit berlalu akhirnya sesi makan malam yang penuh dengan kesunyian itu selesai juga. Altair yang sedari tadi sudah sangat bosan, ingin cepat-cepat menuju ke kamar. Tapi baru saja ia ingin bangun, suara dari Papi nya membuat ia mengurungkan niat nya.
"Ada yang Papi mau bicarain sama kalian berdua" Seru Arland, membuka suara.
Altair dan Gamma saling melirik satu sama lain mendengar itu.
"Penting banget ga Pi?" Tanya Altair
"Sangat-sangat Penting." Jawab Arland
"Sial, muka Papi kenapa serius banget si" Ucap Altair dalam hati
Benar-benar tidak seperti biasa nya, pasti ada hal penting yang ingin diberitahukan oleh Papi nya.
"Yang pertama untuk kamu Al. Kamu adalah anak pertama, kamu adalah kakak jadi seharus nya kamu mencontohkan yang baik-baik buat adik kamu. Papi tau, kamu adalah anak Papi yang paling menyebalkan, Papi bisa terima sifat kamu yang menjengkelkan itu. Tapi kalo kamu udah buat keonaran Papi ga bisa tinggal diem" Tutur Arland, dengan nada bicara yang terdengar serius. Tapi tidak ditelinga Altair yang mendengar nya
"Papi lagi ngasih tau aku, atau lagi ngejelek-jekin aku si" Ucap Altair, mendengkus setelah nya.
"Dua-dua nya. Papi sedang berbicara serius sama kamu, Hukuman yang diberikan Mami kamu benar-benar harus kamu jalankan" Sambung Arland
Arland sudah mendengar dari cerita istirnya yang datang ke sekolah waktu itu, cerita tentang kenakalan yang dibuat oleh Altair. Arland dan Rani masih bisa mentolerir jika kenakalan yang Altair buat masih wajar-wajar saja, selayaknya remaja pada umum nya. Tapi Altair itu berbeda, apa lagi jika sudah marah Altair benar-benar tidak bisa mengkontrol emosi nya sendiri.
Ia bahkan tidak segan menyakiti diri nya sendiri, atau orang lain yang ia jadikan sebagai sasaran kemarahan nya. Altair masih terlalu labil, Altair belum bisa berifikir panjang. Maka dari itu, Arland harus memberikan peringatan tegas pada Altair. Karena Altair bukan anak kecil lagi, ia sudah semakin dewasa.
"Pantesan dari tadi Muka Mami sama Papi pada flat-flat banget, ternyata mau ngomongin ini" Cetus Altair
"Gini ya Pi, Mi, Aku tau aku salah. Lagi cowok berantem itu kan wajar, cowok nakal itu juga wa--"
"Ga ada yang patut diwajarkan dalam sebuah kenakalan Al! Jangan kamu menganggap enteng segala hal" Sela Rani, membuat Altair langsung kicep.
Kalo sudah Mami nya yang berbicara Altair benar-benar tidak bisa melawan. Sudah cukup ia menerima Omelan dari Mami nya tadi siang, jangan lagi.
"Papi memberi peringatan tegas sama kamu. Ini terakhir kali nya Papi mendengar kamu membuat masalah, kalau sampai kamu bermasalah lagi, Papi benar-benar akan mengirim kamu ke luar negeri. Tinggal disana, kuliah disana, dan juga menjauhkan kamu dari Naura."
Altair langsung melotot, mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Papi nya.
"Papi kok jadi bawa-bawa Naura si, Ga bisa gitu dong. Naura itu my everything jadi Papi ga ada hak misahin aku sama Naura. Ga ada!" Ucap Altair penuh penekanan
KAMU SEDANG MEMBACA
NaurAltair (END)
Teen Fiction[Follow sebelum membaca ya] Naura Velencia gadis dengan berbagai permasalahan dihidup nya, cukup dengan satu senyuman maka orang akan mengira ia baik-baik saja. Padahal kenyataan nya tidak. Hidup Naura penuh dengan kesedihan, Hanya saja Naura terlal...