50. Diluar ekspektasi

118 13 3
                                    


Jangan ber ekspektasi terlalu tinggi dalam hal apapun, ekspetasi yang terlalu tinggi bisa menyakiti diri kita sendiri. Karena pada dasarnya ekspetasi sering kali tidak sesuai dengan kenyataan.

-Author

***

HARI kedua diskors, Altair menjalani hukuman yang diberikan oleh Mami nya yaitu menjadi tukang kebun sehari. Altair diminta untuk memotong rumput yang berada dihalaman rumah nya, juga menyirami semua tanaman yang berada di sana.

Padahal hanya perihal diskors, itupun cuma dua hari tapi sampai dihukum seperti ini. Belum lagi Papi nya yang semalam mengomeli Altair, sungguh Altair benar-benar pusing dibuat nya. Andai saja mereka tau kalau Altair sering membuat masalah disekolah sudah pasti ia akan mendapatkan hukuman yang lebih dari ini.

Dan lebih beruntung nya lagi, Bu Susi tidak ember dengan memberi tahu kelakuan Altair disekolah pada kedua orang tua nya. Tapi, itupun Altair yang memohon pada Bu Susi agar tidak memberitahu mereka, selama kelakuan nya masih dalam batas wajar.

"Skors itu kan sama aja kaya liburan, harus nya gue lagi berlibur kenapa jadi tukang kebun begini" Ucap Altair ngedumel sendiri

"Percuma punya duit banyak kalo anak nya yang disuruh jadi tukang kebun" Altair terus ngedumel sambil memotong rumput

"Ini juga rumput nya kenapa panjang-panjang banget, kaya bulu ketek nya Gilang"

"Disekolah jadi tukang bersih-bersih dirumah jadi tukang kebun, anak sebaik dan seganteng gue kenapa apes banget si"

"Lama-lama jiwa babu gue semakin melekat kalau begini" Altair tidak berhenti ngedumel, bukan hanya tangan nya saja yang bergerak tapi bibir nya juga terus mengoceh.

"ASYU KAGET GUE" Altair terjolak kaget saat pundak ditepuk dari belakang oleh seseorang

"Kamu ngapain Al?" Tanya orang itu

"Loh, Om Frans ngapain disini?" Tanya balik Altair pada seseorang yang menepuk pundak nya tadi, ternyata orang itu adalah teman Papi nya.

"Om mau ketemu sama Papi kamu, dia ada dirumah kan?" Tanya nya yang dijawab anggukan oleh Altair

"Ada"

"Kamu lagi ngapain?" Tanya Om Frans lagi

"Kaya yang Om liat, Papi udah ga mampu sewa tukang kebun jadi aku yang disuruh gantiin" Jawab Altair berbohong

"Masa iya? Setau Om Papi kamu habis menang tender sampai miliyaran kemarin"

Altair membalakan mata nya "Wah yang bener Om? Aku harus minta jatah preman nih" Om Frans terkekeh mendengar itu

"Oh iya, Om kesini ada urusan apa emang?" Tanya Altair kepo

"Urusan bisnis" Jawab Om Frans

Altair memincingkan mata nya "Jangan-jangan Om mau jodohin Si toa, ehh maksud nya Marsha sama Gamma sikutub Utara ya?" Tuduh nya curiga

"Kalo iya kenapa?" Tanya Frans sengaja

Frans adalah sahabat Arland (Papi Altair) Sejak duduk dibangku menengah atas, kedua nya sudah sangat dekat dari dulu hingga sekarang hubungan silaturahmi mereka terjalin dengan baik, meskipun sudah sama-sama memiliki keluarga.

Dan Marsha, adalah anak nya. Itu lah salah satu alasan kenapa Marsha dan Gamma dekat dari kecil, karena kedua orang tua mereka bersahabat.

"Ga bisa Om! Aku ga mau dilangkahin, Pokonya harus aku duluan yang nikah." Kekeuh Altair

NaurAltair (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang