56. Tanpa kabar

101 10 0
                                    


"Gue bener-bener ga ngerti lagi, sama jalan pikiran Lo tau ga. Makin hari makin ga waras!" Gilang mengacak rambutnya dengan kedua tangan, tak habis pikir dengan apa yang dilakukan oleh Altair. Tingkah nya selalu saja membuat orang orang geleng-geleng kepala.

Saat ini mereka sedang berada di UKS sekolah, menemani Altair membersihkan luka ditangan nya. Atau lebih tepat nya Bima, yang sedang membersihkan luka ditangan Altair dengan begitu telaten.

Sebenarnya tadi luka Altair sudah diobati, tapi hanya sekedar nya saja, agar darah dari tangan nya tidak keluar terus. Dan jam pulang sekolah mereka memutuskan untuk mengobati luka ditangan Altair dulu, karena kalau tidak nanti akan infeksi.

"Bener kata Gilang, Lo emang ga waras."

"ADUHH...BIMA SAKIT BANGET ANJIR" Altair berteriak dengan lantang saat Bima sengaja menekan luka nya

"Pas mukul kaca aja lo ga ngerasain sakit, sekarang baru tau rasa kan lo!" Sindir Gilang

"Sumpah ini sakit banget gue ga boong, asli." Altair meringis menahan sakit ditangan nya yang terasa begitu perih

"Kaya nya Lo harus dibawa kerumah sakit" Saran Juna "Karena luka ditangan lo seperti nya parah"

"Bawa aja ke rumah sakit jiwa, sekalian obatin otak nya yang gesrek itu" Lagi-lagi Gilang mencibir Altair

"Lo kenapa si Lang? Kaya nya dendam banget sama gue, temen nya lagi sakit bukan nya didoain malah dikata-katain" Balas Altair pada Gilang

"Emang lo pantes dikata-katain" Sahut Gilang enteng, membuat Altair mendengkus mendengar nya.

"Kayanya ucapan Juna bener, ada serpihan kaca kecil ditangan lo dan ini mesti dokter yang nangangin" Ujar Bima menyetujui saran Juna

Altair membalakan mata nya "Gue ga mau, nanti tangan gue dioperasi terus parah nya di amputasi? ENGGAK-ENGGAK!" Altair menggeleng keras, membayangkan nya saja sudah membuat nya merinding.

"Susah si kalo bego nya udah mendarah daging sampe ke tulang-tulang" Ucap Gilang

"Justru kalo ga diobatin ke dokter, tangan lo bakal infeksi. Lagi gue heran sama lo ya, disuruh nyelesain masalah malah berantem sama Rico."  Bima masih tidak mengerti dengan jalan pikiran Altair kenapa bisa ia melakukan ini

"Emang lo ada masalah apa lagi sama Rico?" Tanya Juna

"Pasti ada hubungan nya sama Naura, gue yakin banget." Tebak Gilang

Altair terdiam, raut wajah nya seketika berbuah menjadi sedih. Salah satu hal yang paling Altair takutkan adalah kehilangan Naura. Dan hal yang membuat Altair menjadi sangat marah, adalah saat mendengar Naura menyuruh nya untuk pergi dari kehidupan gadis itu.

Altair bukan marah pada Naura, Altair marah pada dirinya sendiri. Karena merasa gagal membuat Naura bahagia. Dan ditambah lagi tadi Rico memancing emosi nya jadilah Altair melampiaskan amarah nya pada Rico.

"Nah kan diem, bentar lagi juga kesurupan" Ucap Gilang melihat keterdiaman Altair

"Naura nyuruh gue pergi dari hidup nya. Gue kesel, gue marah dan si Royco malah mancing-mancing setan di diri gue, jadi sekalian aja gue pukul." Jelas Altair pada teman-teman nya

"Itu alesan lo mukul kaca toilet?" Tanya Bima yang diangguki Altair

"Gue tau gue bodoh, tapi nyelesain masalah itu bukan berarti dengan nyelesain hubungan kita berdua kan? Kalian pasti tau gimana besar nya cinta gue sama Naura, karena cuma dia satu-satunya cewek yang berhasil buat gue jatuh cinta dalam waktu yang sangat amat singkat. Apa selama ini yang gue lakuin salah? Padahal gue cuma mau buat dia bahagia" Ungkap Altair dengan nada bicara yang terdengar seperti orang frustasi

NaurAltair (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang