84. Terungkap

119 7 2
                                        

HARI ini Altair berniat mengunjungi Naura, Altair ingin memastikan bahwa Naura baik-baik saja. Apa lagi hari ini adalah hari dimana Frans akan menentukan untuk memenjarakan Naura atau tidak, Sungguh perasaan Altair saat ini benar-benar campur aduk.

Altair pergi kerumah Naura menggunakan motor milik nya, saat sampai didepan rumah Naura, Altair terlihat bingung melihat sebuah mobil yang terparkir didepan rumah Naura. Mobil siapa itu?

Altair turun dari motor mengamati mobil itu, merasa tidak asing dengan mobil nya. Altair mencoba mengingat nya, tapi ia benar-benar lupa. Akhirnya ia memutuskan untuk menemui Naura, dan melihat siapa pemilik mobil itu.
Tapi seketika Altair menghentikan langkah nya saat melihat seseorang laki-laki berperawakan tinggi, sedang memarahi Naura.

"Kesabaran saya benar-benar sudah habis menghadapi kamu, tidak ada berhenti nya kamu mengganggu ketenangan hidup saya!" Bentak laki-laki itu

"Anak saya sampai sekarang belum sadar karena ulah kamu." Lanjut nya

"Kenapa Papah selalu nyalahin aku? Aku juga ga mau seperti ini Pah." Jawab Naura melemah, seperti sudah lelah dengan ini semua.

"Siapa lagi yang harus saya salahkan, karena ini memang semua salah kamu. Lagi-lagi kamu, lagi-lagi kamu yang menganggu hidup saya!"

"Kalau saja kamu tidak ada, saya tidak akan sial seperti ini. Kamu benar-benar menyusahkan!'" Maki Frans

Naura berusaha untuk tidak menangis mendengar makian yang dilontarkan Papah nya, Selalu saja seperti itu, Papah nya datang hanya untuk memarahi Naura, memaki Naura, menyalahkan Naura atas semua yang terjadi.

"Aku ga tau harus ngomong apa lagi sama Papah, diamku saja masih salah dimata Papah." Ucap Naura sendu

"Saya sudah putuskan kalau Marsha hari ini tidak sadar juga, saya akan memenjarakan kamu."

Naura melebarkan mata nya specless, Papah nya ingin memenjarakan Naura anak kandung nya sendiri? Tolong katakan kalau Naura salah dengar.

"Papah mau menjarain aku?" Lirih Naura, menatap Papah nya tak berkedip.

"Ya, karena kamu sudah membuat Marsha koma dan belum sadarkan diri sampai sekarang. Marsha adalah anak kesayangan saya, apapun akan saya lakukan untuk nya." Jawab Frans dengan tegas

Air mata yang sedari tadi Naura tahan Akhirnya keluar juga, lolos begitu saja membasahi pipinya. Naura tidak menyangka sebesar itu kebencian Papah nya pada Naura.

Disaat anak perempuan diluar sana dijaga dan dilindungi oleh Papah nya, Naura justru sebalik nya. Ia dicampakan, dianggap seperti sampah yang tidak berguna, bahkan Naura berniat dipenjarakan oleh Papah nya sendiri.

Hati Naura benar-benar hancur sekarang, kepingan-kepingan yang berharap masih bisa Naura susun, sekarang sudah hancur lembur dihancurkan oleh Papah nya sendiri. Yang artinya sudah tidak ada harapan lagi bagi Naura untuk meluluhkan hati Papah nya.

"Simpan saja air mata tidak berguna kamu, saya tidak akan pernah luluh dengan itu. Karena semakin kamu menangis, semakin saya membenci kamu."

Naura menghapus air mata nya kasar, berusaha untuk tersenyum meskipun hati nya sangat sangat sakit seperti ditusuk ribuan pedang.

"Kalau dengan menjarain aku bisa buat Papah seneng, dan bisa buat Marsha sadar aku ga papa Pah." Ucap Naura berusaha tegar

"Bagus jika kamu berbesar hati mau dipenjara, itu akan membuat saya senang karena cara terakhir saya untuk menyingkirkan kamu gagal, dan malah Marsha yang menjadi korban." Ujar Frans

"Maksud Papah mobil yang nabrak Marsha itu--"

"Ya, itu orang suruhan saya."

"OH JADI SELAMA INI OM YANG JADI DALANG DIBALIK INI SEMUA!"

NaurAltair (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang