ALTAIR masih setia duduk dibangku tunggu, setelah tadi ia mencoba bernegosiasi dengan Frans. Entah apa yang membuat Altair betah duduk disana, yang jelas pikiran nya sekarang malah semakin rumit isi nya.Bagaimana jika Marsha tak sadarkan diri sampai lusa?
Jika hal itu terjadi maka Altair sudah tidak mempunyai kesempatan lagi untuk mempertahankan Naura. Altair sudah tidak bisa melakukan apa-apa sekarang, terkecuali berdoa agar Marsha cepat sadar.
"Altair kamu ngapain?" Altair yang sedang menunduk langsung menoleh ke asal suara tersebut
"Eh Tante" Altair berdiri lalu menyalimi tangan Gita, Mamah Marsha.
"Kamu abis jenguk Marsha?" Altair mengangguk ragu menjawab pertanyaan Gita
"Kenapa kamu pake baju sekolah, kamu bolos ya?" Tanya Gita lagi
Altair menyengir, menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal. "Hehe iya Tante" Gita hanya bisa geleng-geleng kepala, sudah tidak heran dengan kelakuan Altair.
"Hmm...sebelum nya ada yang mau aku omongin sama Tante" Ucap Altair
"Kenapa?"
Jujur Altair cenderung takut berbicara dengan Gita dari pada dengan Frans. Bukan karena apa-apa, mengingat kemarin Gita begitu marah pada Naura, Altair jadi ragu untuk menanyakan hal ini.
"Altair ko kamu malah diem" Tegur Gita
"Eh iya Tante"
Altair mengambil nafas panjang "Gue bisa, demi Naura!" Ucap nya menyemangati diri sendiri
"Maaf sebelum nya Tante, aku denger Om Frans mau laporin Naura ke polisi--"
"Memang anak itu seharus nya dilaporkan!" Gita langsung memotong ucapan Altair
Altair langsung dibuat terkejut, padahal ia belum selesai berbicara tapi Gita sudah menyela lebih dulu.
"Jangan hanya karena dia pacar kamu, jadi kamu membela nya Altair." Tutur Gita
"Bukan seperti itu Tante, aku cuma mau bernegosiasi aja disini. Karena menurut aku Naura ga sepenuh nya salah, yang harus nya disalahin itu mobil yang sudah menabrak Marsha." Jelas Altair
"Kalau itu pasti Altair! Tapi pacar kamu tetap salah karena ia lalai, harus nya Marsha masih baik-baik saja sekarang."
"Tapi Tante, coba Tante pikirin kecelakaan ini terjadi tanpa disengaja dan Naura ga minta Marsha buat nyelametin dia. Semua terjadi karena takdir Tan." Altair berusaha untuk menjelaskan nya dengan sabar, berharap Gita mengerti.
"Lalu bagaimana jika Marsha tidak akan pernah sadar? Bahkan sampai sekarang Marsha masih koma. Jika hal yang tidak Tante inginkan terjadi, Bagaimana Altair?" Tanya Gita marah
"Siapa orang yang harus Tante salahkan? Marsha adalah anak Tante satu-satunya. Kamu pikir Tante akan dengan mudah mengikhlaskan Marsha begitu saja, Dan membiarkan pacar kamu hidup bahagia setelah mengorbankan nyawa Marsha. Begitu maksud kamu?"
"Tante jangan berfikiran buruk dulu, aku yakin Marsha akan cepat sadar."
"Sampai kapan Altair? Sampai kapan Tante harus menunggu, sebagai seorang ibu perasaan Tante tidak pernah tenang melihat Marsha seperti ini."
"Apa Tante ga percaya kalau Marsha bakal sadar?" Tanya Altair
"Kesadaran Marsha adalah harapan terbesar Tante saat ini! Tapi Tante tidak akan diam saja melihat pacar kamu hidup dengan tenang, sedangkan Marsha didalam sana sedang memperjuangkan hidup dan mati nya."
Altair benar-benar kehabisan kata-kata untuk menjawab ucapan Gita. Rasa nya begitu sulit untuk menjelaskan apa yang ia maksud. Apapun yang Altair katakan rasa nya tidak akan merubah rasa benci orang tua Marsha pada Naura, mengingat Marsha adalah anak yang sangat mereka sayangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
NaurAltair (END)
Fiksi Remaja[Follow sebelum membaca ya] Naura Velencia gadis dengan berbagai permasalahan dihidup nya, cukup dengan satu senyuman maka orang akan mengira ia baik-baik saja. Padahal kenyataan nya tidak. Hidup Naura penuh dengan kesedihan, Hanya saja Naura terlal...