Sebuah Flashback Menyakitkan

2.3K 136 6
                                    

- Jangan lupa vote dan komentarnya. Menulis itu membutuhkan waktu. Sebagai pembaca, dukung penulis dengan memberikan komentar positif dan juga suka -

***

Ice dan Rexi sudah sampai di apartemen beberapa menit setelah menempuh perjalanan dari tempat hiburan malam itu.

"Bang. Gue mau ke kamar dulu, yah. Duluan, soalnya gue ngantuk banget ..." kata Rexi pelan. Dia menguap dengan begitu lebar.

"Ha?! Tumben banget lo enggak begadang, Rex?" tanya Ice heran.

"Hum ... Malam ..." kata Rexi. Dia tidak menggubris pertanyaan Ice.

Muach!

Rexi memberikan kecupan selamat malam untuk Ice. Tapi, diam-diam dia tersenyum menyeringai di belakang sana.

Rexi berjalan cepat menuju kamarnya, bahkan dia mengunci pintu kamarnya dari dalam dengan cepat. Dia tak ingin ada orang yang akan mengganggu waktu enaknya untuk melampiaskan sesuatu di malam itu.

Rexi melangkahkan kakinya dengan gontai menuju kamar mandi. Tangannya dia gerakkan untuk menyalakan shower dengan begitu deras.

"Hiks ... Hiks ... Hiks ... Iya, Bang. Iya! Gue lihat itu! Gue lihat semuanya, Bang!" seru Rexi histeria di dalam kamar mandi itu.

"Hiks ... Hiks ... Gue lihat semuanya, Bang. Bahkan, apa yang belum lo lihat udah gue lihat semuanya, Bang ..." lirih Rexi dan nada suaranya mulai perlahan menghilang.

***

- Flashback On -

"Kamu senang enggak, sih, pacaran sama aku?" tanya Renata dengan lembut sambil terus mengelus rambut Al.

"Iya ..." jawab Al pelan.

Renata tersenyum tipis saat mendengarkan jawaban Al.

"Mau tunangan?" tawar Renata tenang, seakan-akan pertunangan itu hanya sebuah hal sepele belaka.

"Ha?! Ngghh ..."

Alvaro kaget bukan main saat mendengarkan tawaran Renata untuk dirinya. Dia menatap Renata dengan tatapannya yang sedikit linglung.

Renata menghamburkan pelukannya pada tubuh Al dan perlahan dia memeluk tubuh kekasihnya itu dengan erat. Al pun bahkan melakukan hal yang sama.

"Sayang sama aku, kan?" tanya Renata pelan.

Renata perlahan bergerak untuk mencium leher Al. Membuat Al sedikit menggertakkan rahangnya karena sensasi yang diberikan oleh Renata.

"Uhm ..." Alvaro melenguh pelan.

Perlahan Al mengambil alih permainan panas mereka. Kini, dia yang mengusung Renata dan mencium leher jenjang wanita itu dengan begitu rakus.

"Uhm ... Kamu mau nginep di apart aku?" tanya Renata di sela-sela permainan panas mereka berdua.

"Tapi-"

"Kamarnya udah siap, kok," potong Renata cepat sebelum Al memprotes.

Renata melepaskan pelukannya pada tubuh Al.

"Hah ... Ya udah ..." gumam Al pasrah.

Renata menyengir, lalu kemudian memanyunkan bibirnya.

"Kissing, Al," pinta Renata.

"Tapi, ini umum, Ren," tolak Al lembut.

"Ish! Parfum aku wangi loh!" kesal Renata.

"Ha?!" Al mengerutkan keningnya dengan heran.

"Coba cium deh ..." kata Renata manja.

Al mengangkat sebelah alisnya dengan tinggi. Dia tidak paham dengan maksud Renata.

My BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang