Al menatap Rexi dengan tatapannya yang dibuat sedatar mungkin.
"Kenapa lo pingsan?" tanya Al dingin.
"Kenapa bibir gue basah?" balas Rexi bertanya.
Al bergeming. Tidak mungkin dia bilang kalau dia memberikan Rexi nafas buatan, kan?
"Kenapa lo pingsan?" ulang Al bertanya tanpa ada niat sedikitpun menjawab pertanyaan Rexi.
"Jangan mengalihkan topik pembicaraan, Al!" tegas Rexi.
"Lo yang ngalihin topik pembicaraannya, Rex!" balas membentak.
"Kok, ngebentak?!" tanya Rexi emosi. Dia paling benci apabila dibentak seperti itu.
"Gue khawatir ..." balas Al pelan tanpa ragu.
Degh!
Jantung Rexi langsung bergemuruh. Dia tidak tahu harus merespon seperti apa.
Apakah dia harus bahagia karena Al khawatir padanya?
Ataukah dia harus positif thinking kalau Al khawatir padanya karena dia hanya sebatas adik tiri saja?
Ayolah ... Rexi sangat ingin kalau Al mengkhawatirkannya bukan sebagai adik semata. Tapi, seorang wanita. Seorang wanita yang dikhawatirkan oleh kekasihnya.
"Khawatir?" tanya Rexi mengulangi.
"Iya ..." jawab Al.
"Karena lo adik gue," lanjut Al.
Degh!
Okey! Rexi sudah sangat yakin kalau gemuruh di jantungnya bukan karena bahagia. Tapi, karena sakit hati dan juga kecewa dengan jawaban Al.
Rexi tersenyum miris. Dia tersenyum untuk dirinya sendiri.
"Iya. Lo khawatir karena gue adik lo, kan?" tanya Rexi sambil terkekeh pelan. Terdengar lucu di telinga orang, tetapi kenyataan yang ada adalah hatinya retak tanpa tersisa.
"Gue enggak apa-apa, kok. Mending, lo balik ke kelas lo aja. Enggak usah khawatir sama gue. Gue udah dewasa," kata Rexi lembut. Dia berusaha sekuat tenaga agar terlihat baik-baik saja.
Al menatap Rexi dengan penuh intimidasi. Dia tak yakin kalau Rexi baik-baik saja.
Hey, Al! Sejak kapan Rexi baik-baik saja semenjak dia menaruh hati kepada pria berengsek seperti kamu, Al?
"Bahkan, setiap hari gue itu selalu apa-apa, Al. Tapi, lo bersikap biasa aja, Al. Lo enggak pernah gubris gue, Al," batin Rexi di dalam hatinya sambil tersenyum masam.
"Rex ..." panggil Al pelan.
"Gue enggak apa-apa, Al. Mending lo keluar aja deh," kata Rexi dengan nada suara yang dibuat malas. Dia berusaha untuk bersandiwara di depan Al.
Al menatap Rexi dengan tatapannya yang terbodoh. Dia heran dengan sikap Rexi.
"Bang, keluar deh," kata Rexi lagi dengan manja.
"Tapi, lo-"
"Gue bilang, keluar aja, Bang," potong Rexi.
Al menghela napas panjang.
"Ya udah ..." kata Al pada akhirnya.
Al membalikkan badannya dan berjalan keluar dari ruang kesehatan itu, sedangkan Rexi menatap kepergian pria berengsek itu dengan tatapannya yang begitu terpukul.
***
Waktu berlalu dengan begitu cepat. Satu Minggu bahkan sudah berlalu dengan begitu mudahnya.
"Udah seminggu lamanya gue bertahan dengan posisi gue yang kayak gini. Berpura-pura jadi adik yang baik. Berpura-pura bersikap santai dan biasa aja, seakan enggak ada kejadian apapun. Seakan-akan enggak pernah jatuh hati sama Al. Rasanya, emang benar-benar berbeda," batin Rexi sambil tersenyum masam.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother
Подростковая литература[𝐓𝐚𝐦𝐚𝐭] Alvaro Addison, seorang pria yang memiliki sikap dingin dan semena-mena. Sikap dingin dan sikap semena-mena Alvaro semakin menjadi-jadi setelah sang ibu menikah dengan salah satu CEO yang memiliki seorang putri yang bernama Rexi Alexa a...