Jadilah Lebih Licik

486 39 3
                                    

***

My Brother

Written By HwangFitri_

***

Indonesia, Kamar Rexi, 17:01 -

"Huhhhhh! Capek bangettttt!" keluh Rexi.

"Rex, janji lo," kata Al mengingatkan.

"Entaran dulu, Al. Gue capek," jawab Rexi lemas.

Al mendecih, lalu berbaring di atas paha Rexi. Seperti biasanya, Rexi akan mengelus kepala Al bila pria itu berbaring di atas pahanya.

"Rex, susah enggak kalau hamil?" tanya Al polos.

"Hum ... Yang namanya hamil itu susah, Al. Mau gerak susah. Mau makan sesuatu, kadang enggak bisa masuk karena mual. Tapi, namanya juga bakalan hadir malaikat kecil, itu alasan calon ibu bisa ngelawan rasa susahnya," jawab Rexi lembut.

Rexi tersenyum kecil sambil membayangkan kalau suatu saat nanti dia menjadi seorang ibu.

"..."

"Tapi, buatnya enak, kan?" tanya Al, lalu mengecup perut Rexi.

Rexi memutar kedua bola matanya dengan malas.

"Ck! Enggak tahu! Pikir aja sendiri!" sinis Rexi.

Al tersenyum tipis. Melihat Rexi bersikap seperti ini kepadanya, membuat Al gemas.

"Gue janji kalau gue bakalan jaga lo sama anak kita, Rex," batin Al.

"By the way, Al ... Menurut lo, kenapa papa tiba-tiba ngambil keputusan buat nikahin kita secepatnya? Padahal, lo tahu sendiri kalau papa waktu itu enggak mau dan ogah banget buat restuin pernikahan kita," tanya Rexi penasaran.

"Gue enggak tahu," jawab Al.

"Emang, lo enggak senang kalau dapat restu dari papa?" tanya Al.

"Gue senang, sih. Cuma, gue bingung aja karena papa langsung mau. Enggak debat dulu. Enggak-"

"Diam."

Rexi mengatupkan bibirnya dengan cepat saat setelah Al memerintahkan dirinya untuk diam. Suara Al terdengar dingin.

"..."

"Yang dibilang Rexi, ada benarnya," batin Al membenarkan pertanyaan Rexi.

"Enggak mungkin cuma sekedar bilang merestui tanpa ada perlawanan, kan?" lanjutnya lagi di dalam hati.

"Al, kenapa diam?" tanya Rexi.

"..."

Al masih diam dan berkutat pada pikirannya sendiri.

Rexi mendekati Al, lalu mengecup bibir Al. Al kaget dan dengan secepat kilat dia menarik tengkuk Rexi dan memberikan ciuman agresif pada bibir wanita itu.

Sekitar beberapa menit mereka beradu mulut dan bertukar saliva dengan agresif, Al melepaskan ciumannya dan membiarkan Rexi untuk mengatur napasnya.

"So sweet, Baby," kata Al serak.

Sial! Gairahnya terpanggil.

"Duduk di sini biar nyaman," tawar Al sambil menepuk-nepuk pahanya.

"Perut gue?" tanya Rexi ragu.

My BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang