- Jangan lupa vote dan komentarnya. Menulis itu membutuhkan waktu. Sebagai pembaca, dukung penulis dengan memberikan komentar positif dan juga suka -
***
Usai kepergian Aksa, Al menatap Rexi dengan begitu tajam.
"Sejak kapan lo akrab sama dia?" tanya Alvaro dingin.
"Sejak gue patas hati untuk yang kesekian kalinya," jawab Rexi tenang. Dia bahkan menatap Alvaro dengan tatapan santainya.
Rexi tersenyum tipis kepada Alvaro lalu kemudian berjalan pergi meninggalkan Alvaro yang masih menatapnya dengan tatapan yang begitu kaget.
"Hah ..." helaan napas itu keluar dari mulut Alvaro.
"Rexi di mana?" tanya Ice yang baru saja turun dari tangga lantai dua.
"Udah pergi," jawab Alvaro.
"Ouh ..." Ice mengangguk-anggukkan kepalanya sambil berjalan menuju dapur.
"Bang," panggil Alvaro sambil mengikuti Ice dari belakang.
"Kemarin di club, lo ke sana sama siapa?" tanya Alvaro.
"Rexi," jawab Ice tenang.
Alvaro kaget bukan main saat mendengarkan jawaban dari Rexi.
"Kalau lo sama si Rexi. Jangan bilang-"
"Enggak. Rexi enggak lihat kelakuan sialan lo sama si cabe-cabean lokal itu!" potong Ice kesal.
Alvaro menghela napas lega lalu kemudian mengelus dadanya dengan pelan.
"Lo kenapa kaget gitu? Takut?" tanya Ice.
"Enggak apa-apa, kali. Kan, kita semua saudaraa. Kita bebas lakuin apapun yang kita mau," kata Ice lagi.
"Biar lo buntingin anak orang. Enggak apa-apa juga. Asal, lo jangan buat yang lainnya jadi kacau dan runyam," kata Ice sambil tersenyum menyeringai.
***
- High school - 13:01 PM -
Rexi menggunakan waktu istirahatnya dengan berjalan menuju rooftop sekolah. Seseorang tiba-tiba menarik pergelangan tangannya dengan cepat.
Orang itu membawa Rexi ke dalam kamar mandi sekolah.
Bruk!
"Aww!"
Ringisan keras keluar dari mulut Rexi saat orang itu menghempaskan tubuhnya dengan begitu kasar dan kuat pada dinding kamar mandi sekolah.
"Maksud lo apaan, Bangsat?!" tanya Rexi emosi sambil mendorong sang pelaku.
"Cih!" decih sang pelaku dengan sinis.
Rexi memutar kedua bola matanya dengan malas.
Bruk!
"Awww!" ringis sang pelaku saat Rexi mendorongnya dengan begitu keras dan penuh emosi.
"Sok lemah lo!" sinis Rexi sambil menatap Renata dengan tatapannya yang begitu tajam.
Ya. Orang yang menarik Rexi dengan kasar dari rooftop sekolah menuju kamar mandi adalah Renata.
Rexi membalikkan badannya dan berniat untuk keluar dari kamar mandi itu. Tapi, seseorang tiba-tiba menghadangnya di depan pintu kamar mandi.
Rexi mengangkat sebelah alisnya sambil menatap Nina dengan tatapan tidak sukanya.
"Sorry ... Kali ini, gue berpihak sama Renata!" kata Nina ketus.
Nina mendorong Rexi untuk masuk kamar mandi. Rexi langsung menatap Renata dengan cepat.
Renata menyunggingkan senyuman miringnya seakaan mengklaim kalau Nina akan selalu terkontaminasi dengan segala ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother
Fiksi Remaja[𝐓𝐚𝐦𝐚𝐭] Alvaro Addison, seorang pria yang memiliki sikap dingin dan semena-mena. Sikap dingin dan sikap semena-mena Alvaro semakin menjadi-jadi setelah sang ibu menikah dengan salah satu CEO yang memiliki seorang putri yang bernama Rexi Alexa a...