- Lanjutan Chapter Sebelumnya -
***
"Tahan, Rexi, jangan emosi dan jangan marah. Ingat, Rex, dia sekarang jabatannya sebagai CEO di tempat lo!" kata Rexi di dalam hatinya sambil menggertakkan giginya.
"Oke. Gue enggak bakalan bahas masa lalu lagi," kata sang CEO.
Rexi menatap sang CEO dengan tatapan tidak sukanya.
"Kalau begitu, mari kita bahas masa depan," kata sang CEO sambil tersenyum manis.
Rexi mengepalkan kedua tangannya dengan begitu kuat di bawah sana. Dia benar-benar emosi dan tak suka dengan gaya sok dekat CEO yang ada di hadapannya itu. Ya, walaupun memang faktanya mereka pernah dekat.
Sang CEO menjatuhkan pandangannya untuk menatap ke arah kepalan tangan Rexi. Dia tersenyum kecil.
"Jam istirahat kantor nanti, bawa kopi kesukaan gue di ruangan gue nanti. Tahu, kan?" tanya sang CEO.
Rexi menghela napas pasrah lalu mengangguk-anggukkan kepalanya dengan singkat sebagai jawaban. Dia sangat tahu kopi kesukaan CEO sok kenal itu.
"Good girl," kata sang CEO puas sambil merapikan jas berwarna hitam terang miliknya.
Sang CEO berjalan pergi meninggalkan Rexi.
Rexi menatap langit-langit perusahaan itu dengan begitu tak percaya.
"Oh Tuhan! Cobaan apa lagi ini?! Gue diusir dari rumah dan berakhir kerja di perusahaan dia?! Damn!" pekik Rexi di dalam hatinya.
Kedua bola mata Rexi perlahan berkaca-kaca. Dia benar-benar muak dengan seluruh takdirnya.
"Enggak guna kalau lo nangis kayak gini, Rex ..." lirihnya sambil menghapus air matanya dengan kasar.
Rexi kembali menjalankan tugasnya untuk mengepel lantai sambil sesekali menghela napas beratnya.
***
Brak!
Pintu kelas Al tiba-tiba terbuka dengan kasar, membuat semua murid kaget bukan main.
"Ice?!" pekik Al kaget melihat kehadiran kakak tirinya.
Ice mengalihkan pandangannya sambil menatap Al dengan begitu tajam dan penuh emosi.
"Lo?!" seru Ice sambil menunjuk Al.
"Ice, kenap-"
Bugh!
Belum sampai perkataan Al, Ice langsung memberikannya sebuah pukulan yang begitu keras kepada pria itu.
"Akh!" ringis Al sambil mengusap ujung bibirnya yang berdarah.
"Ice! Lo apa-apaan, sih?!" tanya Al emosi.
Ice menarik kerah baju Al dengan emosi.
"Lo yang apa-apaan, Bangsat?! Kakak mana yang tega usir adiknya sendiri dari apart?! HA?!" bentak Ice keras.
Al langsung terdiam saat mendengarkan penuturan dari Ice. Dia tahu arah pembicaraan Ice.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother
Подростковая литература[𝐓𝐚𝐦𝐚𝐭] Alvaro Addison, seorang pria yang memiliki sikap dingin dan semena-mena. Sikap dingin dan sikap semena-mena Alvaro semakin menjadi-jadi setelah sang ibu menikah dengan salah satu CEO yang memiliki seorang putri yang bernama Rexi Alexa a...