Rexi menepis tangan Al dengan kasar, pasalnya Al menarik pergelangan tangannya dengan begitu kuat dan penuh emosi.
Hey! Memangnya, anak mana yang tidak emosi bila mamanya dihina dan dicaci maki seperti itu oleh orang lain?! Pasti seorang anak tidak akan terima, kan? Begitulah yang dirasakan oleh Al.
"Lo apa-apaan, sih?! Ngapain lo narik gue?!" kesal Rexi.
"Biarin gue ke sana dan labrak pelakor sialan itu!" lanjutnya penuh amarah.
"Ck ... Perempuan kayak dia miris banget. Suka banget rebut suami orang. Kayak enggak ada ada laki-laki di dunia ini. Miris!" ocehnya.
"Lo jaga ucapan lo, yah!" sinis Al.
"Ck ... Harusnya gue yang bilang sama lo. Jagain Mama lo. Jangan ganjen sama Papa gue," ucap Rexi meremehkan.
"Udah! Stop! Jangan sekali-kali lo hina Mama gue!" seru Al emosi.
Rexi tersenyum sinis.
"Asal lo tahu anak yang sok tahu. Mama gue udah berkali-kali nolak permintaan Papa lo yang mau nikah sama dia. Tapi, apa?! Papa lo yang kayak enggak laku itu malah nyolot banget buat nikah sama Mama gue!" jelas Al penuh emosi.
"Kok, lo malah nyalahin Papa gue?!" tanya Rexi tak terima.
"Harusnya di sini Mama sama lo yang salah! Udah numpang di apart keluarga gue juga!" ucap Rexi lagi, dia menyindir Al.
Al semakin muak dengan Rexi.
"Lo itu cewek, Rex. Jaga mulut lo," kata Al memperingati.
"Dari awal gue udah muak sama lo, Rex. Tapi, gue tahan sama sikap kurang ajar lo itu. Tapi, sialnya lo semakin menjadi-jadi! Gue udah muak sama lo, Rex!" kata Al emosi.
Rexi memutar kedua bola matanya dengan malas, lalu melipat kedua tangannya di depan dada.
"Terus, gue harus bilang 'Wow' gitu?! Mau lo muak sama gue! Mau lo marah sama gue! Mau lo emosi sama gue! Gue enggak peduli!" tegas Rexi.
Rexi menatap Al dengan intens.
"Intinya, gue enggak mau terima kehadiran lo sama Mama lo di dalam keluarga gue! Orang asing tetap orang asing!" tegas Rexi penuh penekanan di tiap ucapannya.
"Terserah apa kata lo! Gue bakalan berusaha biar pernikahan Mama gue sama Papa lo enggak berlangsung. Gue juga ogah punya adik keras kepala yang enggak main-main kayak lo!" final Al lalu berjalan pergi meninggalkan Rexi tanpa menunggu jawaban dari wanita itu.
Rexi bergeming di tempatnya saat setelah dia mendengarkan kalimat yang keluar dari mulut Al.
"Kok, kalimatnya nyesek banget, yah? Apa ucapan gue udah kelewatan?" batin Rexi.
Rexi mendengkus kesal.
"Ck ... Ya kali aja gue kasihan sama pelakor itu?! Ogah!" ucapnya kesal.
"Yang penting Papa gue enggak jadi buat nikah sama perempuan penyihir itu!" ucapnya lagi.
Rexi membalikkan badannya dan berjalan menuju ruang makan. Kedua bola mata Rexi melirik Al yang tengah duduk di salah satu kursi makan yang ada di ruang makan itu.
"..."
Hening. Tak ada banyak suara di dalam ruang makan itu. Semuanya menikmati makan malam dalam keheningan.
"Om," ucap Al tiba-tiba usai selesai menyantap makan malamnya.
Semua mata tertuju kepada Al.
"Kenapa, Al?" tanya Barack.
"Al sama Mama udah selesai makannya. Al sama Mama mau pulang aja. Kita enggak jadi nginap di sini," jawab Al sopan lalu berdiri dari duduknya.
Diam-diam Rexi melirik ke arah Al.
"Loh ... Bukannya tadi kamu udah bilang sama Papa, Al. Kamu mau nginap di sini sama Mama kamu, kan?" tanya Barack heran.
Al tersenyum sopan.
"Maaf, Om. Al mau pulang sama Mama dulu, ada hal yang mau Al bahas sama Mama," kata Al, dia perlahan menarik Bellina dengan lembut.
Bellina hanya mengikuti Al saja karena dia tidak tahu maksud Al.
"Permisi," ucap Al, lalu berjalan keluar bersama Bellina dari ruang makan itu.
Semuanya menatap kepergian Al dan Bellina dengan keheranan, sedangkan Rexi bertanya-tanya di dalam hatinya.
***
Seseorang memencet bel apartemen kediaman keluarga Barack, Rexi yang duduk di sofa ruang tamu langsung berdiri untuk membuka pintu.
"Loh ... Lo ngapain datang lagi?!" tanya Rexi kaget saat melihat Al di depan apartemennya.
Al tidak menggubris ucapan Rexi, dia langsung berjalan cepat menuju sofa ruang tamu yang tak jauh dari Rexi.
Al mengambil sebuah tas yang Rexi yakini itu adalah tas mama Al, Bellina Neima.
Al kembali berjalan keluar dari apartemen, tetapi beberapa langkah dia berjalan, dia langsung menghentikan langkah kakinya.
Al membalikkan badannya dan menatap Rexi dengan tatapan sinisnya.
"Puas lo?!" tanya Al sarkas.
"..." Rexi terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother
Novela Juvenil[𝐓𝐚𝐦𝐚𝐭] Alvaro Addison, seorang pria yang memiliki sikap dingin dan semena-mena. Sikap dingin dan sikap semena-mena Alvaro semakin menjadi-jadi setelah sang ibu menikah dengan salah satu CEO yang memiliki seorang putri yang bernama Rexi Alexa a...