Teka-teki Masalah

1.9K 164 42
                                    

- Lanjutan Chapter Sebelumnya -

***

"Udah, stop!" teriak Renata keras.

Baru saja Renata ingin maju membantu Al, tetapi pergelangan tangannya tiba-tiba ditarik oleh Deian. Renata tiba-tiba terdiam dan mengurungkan niatnya.

Kiara melirik ke arah Renata, lalu kemudian melirik ke arah Deian.

"Sekarang gue tahu, dalang dari masalah ini siapa aja," batin Kiara di dalam hatinya sambil melirik genggaman tangan Deian dan Renata.

"Kiara!" teriak Nina saat melihat Kiara hendak pergi dari sana lalu menahan sahabatnya itu.

"Stop! Jangan membuat kekacauan di sini!" tegas Aksa.

"Alvaro! Ice! Hentikan! teriak seseorang dengan keras.

Pertengkaran antara Al dan Ice langsung berhenti begitu saja saat melihat kehadiran Barack sang ayah.

Ice tersenyum sinis, lalu kemudian berjalan mendekati Barack.

Seulas senyum tipis tersungging pada bibir tipisnya.

"Papa macam apa yang rela ngusir anak perempuannya yang belum mandiri hanya karena dengar omong kosong anak tirinya?" tanya Ice.

Pertanyaan Ice berhasil membuat sang ayah bungkam.

"Bahkan papa enggak cari tahu dulu sebelum ngusir Rexi!" bentak Ice lagi.

Seketika suasana menjadi hening.

"Ingat, Pa. Kemarin malam itu ulang tahun adik. Dan papa malah ngusir adik dari apart ..." lirih Ice.

Kata 'Adik' yang keluar dari mulut Ice berhasil membuat hati Barack seakan-akan teriris saja rasanya.

Kiara yang tadinya menatap sengit Renata tiba-tiba terlonjak kaget saat mendengarkan penuturan dari Ice. Dia juga baru ingat kalau malam tadi adalah hari ulang tahun Rexi, sahabatnya. Air matanya tiba-tiba menetes begitu saja.

"Papa harus ingat sama janji papa pas di ulang tahun adik yang ke enam belas. Papa bilang kalau papa akan selalu jaga adik. Tapi, apa? Di ulang tahunnya yang ke tujuh belas, papa ingkar janji. Papa malah lepas hak di ulang tahun adik yang ke tujuh belas!" kata Ice keras.

"Ice ... Maafkan, Papa," kata Barack penuh sesal.

"Maaf?" ulang Ice dengan nada suara dinginnya. Dia menatap sang ayah dengan kedua matanya yang mulai berkaca-kaca.

"Rexi, lo di mana? Gue udah nyesal banget karena udah percaya sama Al," batin Kiara di dalam hatinya lalu menundukkan kepalanya dengan begitu sedih.

"Ini semua karena lo!" kata Ice emosi sambil menatap Al dengan begitu tajam.

"Masa lalu orang tua jangan pernah lo campuri! Kita anak itu kerjanya cuma kasih arahan! Bukan ikut buat jadi kompor di sini!" kata Ice lagi dengan penuh emosi kepada Al.

"See! Permasalahan orang tua di masa lalu berhasil kena imbas ke anak-anaknya cuma gara-gara balas dendam enggak logis lo itu, Anjing!" teriak Ice marah.

Kiara tiba-tiba berjalan mendekati Ice.

"Kak ..."

Seketika semua menatap ke arah Kiara, termasuk Ice pastinya.

"Rexi beneran pergi?" tanya Kiara dengan sedih kepada Ice.

Ice memiringkan kepalanya sambil tersenyum sinis.

My BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang