Let's Play Rough

862 58 2
                                    

***

My Brother

Written By HwangFitri_

Instagram @itssfitri_

***

"Jaga ucapan lo, Rexi Alexa! Dia papa kita!" bentak Ice memperingati sikap kurang ajar sang adik.

Rexi menatap ke arah Ice.

"Semoga aja lo enggak ngerasain apa yang gue rasain ini, Bang," kata Rexi nanar.

"Lo jangan cap Al sebagai cowok berengsek, sedangkan lo juga sama seperti Al!" sinis Rexi.

"Lo ingat sama Kiara, kan? Lo jangan lupa sama Kiara," ujar Rexi menyindir.

Iya, Rexi tahu kalau Kiara dan Ice sudah pernah melakukan seks sebelumnya. Jadi, apa bedanya Ice dan Al?

"Kita lagi enggak bahas masalah Kiara!" seru Ice.

Rexi berdeham malas sambil tersenyum menyeringai. Ice tak dapat berkutik.

Rexi membalikkan badannya dan berniat untuk pergi dari kekacauan itu, tetapi Barack menahannya.

"Kamu mau ke mana, Rexi?!" tanya Barack.

"Mau pergi buat tenangin diri dari ayah yang enggak tahu apa-apa, dari ayah yang mengatur, dan dari ayah yang suka matiin kebahagiaan anaknya," jawab Rexi dingin.

Rexi berlalu pergi usai mengatakan hal itu kepada Barack. Malas rasanya untuk melihat wajah sang ayah.

"Se-berengsek nya gue, setidaknya gue masih mau tanggung jawab. Jauh beda sama Anggara yang kita enggak tahu gimana dia ke depannya!" sinis Al.

Al tersenyum tipis, lalu berlalu pergi meninggalkan semua orang itu demi menghampiri Rexi.

"Kamu hanya menilai seseorang dari sampul saja, Bar. Kamu jangan lupa kalau Rexi juga berhak bahagia sama seperti kamu. Kita enggak akan nikah kalau Rexi enggak ngasih restu, anggap itu kesempatan untuk kamu," jelas Bellina tiba-tiba. Dia menatap suaminya dengan sendu.

"..."

"Apa kamu tidak melihat dari tatapan mata Al? Aku ibunya yang sudah melahirkannya. Aku melihat ada tatapan tulus di mata anakku itu ..." lirih Bellina.

"Kamu hanya menilai dan menganggap seseorang lebih baik hanya karena pekerjaan dan juga sikapnya dengan kamu. Tapi, kita tidak tahu bagaimana sikap aslinya," jelas Bellina.

"Bellina, aku sedang tidak ingin berdebat dengan kamu," kata Barack memohon.

Bellina menggelengkan kepalanya dengan pelan.

"Aku sedang tidak berdebat dengan kamu, bahkan memiliki niat berdebat sedikitpun tak ada, Bar," koreksi Bellina.

"Kamu egois dan tidak perduli dengan orang lain. Kamu hanya perduli dengan kebahagiaan kamu sendiri. Jangan lupa dengan perjuangan kamu sebelum kamu menikahi aku, Bar. Kamu menangis karena takut tak dapat restu dari Al dan Rexi, kan?" tanya Bellina.

"..."

"Ingat, Bar, waktu itu Al menyetujui pernikahan kita tanpa ada protes sedikitpun. Rexi? Ya, awalnya dia memang menolak, tapi akhirnya dia menerima. Aku bahkan sudah sangat akrab sama dia, bagai ibu kandung dan anak kandung," ujar Bellina sambil tersenyum tipis.

"Tolong pikirkan semuanya, Bar. Kamu ingin menuruti pilihanmu dan ingin membuat anakmu menderita? Itu ada di tangan kamu, Bar," jelas Bellina.

Bellina tersenyum sendu, lalu perlahan mengusap kedua matanya yang mulai berkaca-kaca.

My BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang