Skenario Tuhan

2K 150 59
                                    

- Lanjutan Chapter Sebelumnya -

***

Rexi perlahan berjalan mendekati Barack sang ayah. Tatapannya menusuk untuk sang ayah.

"Orang tua mana yang tega untuk mengusir anak kandungnya? Orang tua mana yang meng-klaim anak kandungnya sebagai anak pembawa sial? Orang tua macam apa?!" teriak Rexi histeris sambil terus menangis.

"Maafkan Papa, Nak ..." lirih Barack.

"Papa?" ulang Rexi.

"Apa anda masih bisa dipanggil papa setelah mengusir anak kandung anda sendiri? Apa anda masih bisa dipanggil papa setelah menjatuhkan anak kandung sendiri dan lebih memilih anak tiri?" tanya Rexi dingin.

"Rexi-"

"Saya mohon jauhi saya! Lupakan kalau anda memiliki anak kandung seperti saya. Karena saya anak HARAM dan anak pembawa sial!" teriak Rexi keras dengan menekan kata 'Haram'.

Rexi berlari dengan cepat untuk menjauhi Barack, tetapi sialnya dia malah menabrak seseorang dengan begitu keras hingga dia terjatuh.

"Rexi!" pekik orang itu keras saat sadar siapa yang baru saja menabrak dirinya.

Rexi mengangkat pandangannya untuk melihat siapa lagi orang itu. Rexi langsung memasang wajah kecewanya dengan mata yang semakin menangis deras. Dia tak tahu apa maksud dari semuanya.

"Oh Tuhan! Skenario apalagi ini?! Tadi gue jumpa sama papa, sekarang gue jumpa sama Al!" kata Rexi lelah sambil menangis histeris.

"Rex-"

"Pergi Al! Gue benci lo!" potong Rexi sambil berteriak keras.

Rexi berdiri dari posisinya.

"Gue benci sama lo-"

Belum sampai ucapan Rexi, wanita itu langsung tidak sadarkan diri karena get shocked-nya. Untung saja Al dengan cepat menarik wanita itu ke dalam dekapannya.

***

Jam sekarang menunjukkan waktu pukul delapan malam, tetapi Rexi tak kunjung sadar.

Al berjalan mondar mandir dalam keadaan gelisah, sedih, panik dan juga rasa sesal, semuanya bercampur aduk menjadi satu.

"Gue minta maaf karena gue udah jahat sama lo, Rex, cuma karena balas dendam. Balas dendam konyol itu. Yang seharusnya enggak gue campuri yang itu karena dendam kedua orang tua kita, bukan dendam kita," batin Al sedih di dalam hatinya.

Al menundukkan kepalanya dengan dalam sambil merasakan pahitnya sebuah penyesalan. Perlahan Al terduduk di samping Rexi sambil menggenggam kedua tangan wanita penuh luka itu.

"Maaf. Cuma kata itu yang bisa gue ucapin, Rex, karena gue tahu kalau sekarang hati lo sedang enggak baik-baik aja. Dan faktanya itu karena gue!" batin Al di dalam hatinya sambil mengeratkan genggamannya.

"Maaf ..." lirih Al.

Muach!

Al mengecup punggung tangan Rexi dengan lembut. Ah ... Lebih tepatnya, penuh kasih sayang.

Perlahan Rexi bergerak pelan sambil sedikit meringis. Tangan mungil itu lepas dari genggaman Am dan beralih untuk memegang kepalanya.

"Akh ... Kepala gue sakit banget. Pusing banget," keluh Rexi sambil perlahan membuka matanya.

My BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang