"Gue janji. Pas istirahat nanti, gue bawa lo ke rumah sakit," kata Al lembut saat setelah dia membaringkan Rexi di atas kasur UKS sekolahnya.
Muach!
Al memberikan kecupan singkat pada ujung bibir Rexi, lalu kemudian berlari keluar kelas karena dia sudah terlambat satu mata pelajaran.
Sekitar beberapa menit Al pergi dari UKS itu, Rexi langsung tersadar dari pingsannya.
Rexi mengedipkan kedua matanya berkali-kali, lalu kemudian menumpahkan air matanya dengan deras.
"Alo ... Eci ..." lirihnya pelan sambil menundukkan kepalanya dengan dalam.
***
Kini waktu istirahat telah tiba. Al kali ini tidak menghabiskan waktu istirahatnya di kantin sekolah, melainkan dia yang ingin menghabiskan waktu istirahatnya untuk menjaga Rexi di UKS.
Rexi berbaring dengan cepat saat dia sadar kalau Al akan berjalan masuk UKS untuk menemaninya.
Benar dengan apa yang didugakan oleh Rexi. Al benar-benar datang.
"Rex ... Lo kenapa kayak gini, sih? Tolong jangan buat gue khawatir kayak gini, Rex. Please, bangun, Rex ..." lirih Al.
Rexi yang memang sebenarnya sudah sadar beberapa jam yang lalu, dia mulai memainkan dramanya. Mulai dari meringis seakan dia merasakan pening pada kepalanya. Sampai dia yang berpura-pura kaget karena kehadiran Al di sampingnya.
"Al?" sapa Rexi, nada suaranya dia buat lemah dan tak bertenaga.
"Hum ..." Al hanya berdeham sebagai jawaban. Tapi, di dalam hatinya dia senang bukan main karena Rexi sudah sadar.
"Kepala Rexi sakit banget, Al. Pijitin ..." pinta Rexi dengan manjanya sambil mengerucutkan bibirnya.
"Loh! Kok, malah manja?!" tanya Al.
"Al lo- eh Rexi?!" pekik Deian yang baru saja masuk UKS dan tak sengaja melihat Rexi.
"Lo kenapa?!" tanya Deian panik.
"Ha?!" Rexi hanya menatap Deian dengan heran, sedangkan Al memutar kedua bola matanya dengan malas.
Tiba-tiba saja Deian memegang kening Rexi. Maksudnya, dia ingin mengecek keadaan Rexi.
"Loh ... Enggak panas, kok. Lo enggak demam," kata Deian.
"Lo sakit apa, Rex?" tanya Deian lagi.
"Cuma pusing doang," jawab Rexi sambil tersenyum kecil.
"Cuma pusing doang lo bilang?! Lo sakit kepala, Rex!" heboh Deian.
"Sini gue pijitin kepala lo!" tawar Deian antusias.
"Tap-"
Rexi mengatupkan bibirnya dengan cepat karena ucapannya yang belum selesai, tetapi Deian dengan cekatan langsung memijat kepalanya.
"Ck! Pemandangan apa ini?!" tanya Al dengan emosi di dalam hatinya. Hatinya panas melihat Deian memijat dan memegang kepala Rexi.
Tanpa mengucapkan sepatah kata apapun, Al lebih memilih untuk keluar dari UKS itu dan meninggalkan Rexi serta Deian di UKS berdua.
Rexi melirik ke arah Al yang keluar UKS. Bibir gadis mungil itu melengkung ke bawah.
"Kok, Al malah keluar, sih?! Padahal gue mau manja-manja sama dia!" seru Rexi di dalam hatinya dengan kesal.
***
Rexi sekarang sedang berada di kantin sekolah karena Deian yang memaksanya. Karena tak ingin Deian banyak bicara, akhirnya Rexi ke kantin sekolah untuk menikmati beberapa makanan di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother
Roman pour Adolescents[𝐓𝐚𝐦𝐚𝐭] Alvaro Addison, seorang pria yang memiliki sikap dingin dan semena-mena. Sikap dingin dan sikap semena-mena Alvaro semakin menjadi-jadi setelah sang ibu menikah dengan salah satu CEO yang memiliki seorang putri yang bernama Rexi Alexa a...