Hanya mampu memohon
Yang terbaik untuk kedepannya.
Itu saja Tuhan
~Refalden Dakara
⛓Happy reading
"Bi kunci mobil dimana?" teriak seorang gadis berkuncir kuda ditambah ia mengenakan seragam putih abu, yang bisa dibilang belum cukup rapih."Di atas laci neng." Balas bi Nur.
"Naya berangkat. Assalamualaikum," Naya pergi berangkat ke sekolah baru hari ini, ya sekolah baru karena ia baru saja pindah minggu lalu ke Jakarta.
⛓
Para gadis di koridor tersebut riuh karena kedatangan 6 laki-laki bertubuh jangkung nan tampan, di depan terdapat Barra sang pemimpin yang berwajah tampan juga menyeramkan, barisan kedua terdapat Aby yang so kegantengan, dan jangan lupa Alden si pria dingin, datar tanpa ekspresi. Di barisan ketiga ada Aji yang sibuk dengan game di handphone nya, dan dua sejoli ini juga Sando dan Adit yang sibuk menyapa satu-satu gadis tersebut.
"Aaabyyy liat tugas dong nyet!" Baru tiba di kelas, teriakan nyaring Sando langsung terdengar di seluruh penjuru kelas.
"Gue juga belom ndo!" Balasan tak kalah sewot dari Aby.
"Mati lo pada kaga ngerjain tugas bu Linda." Ledek Adit yang kini sibuk menyalin tugas milik Alden.
"Eh tai! lo juga ngerjain di kelas, nyalin punya sapa lo dit?" Sando langsung merebut buku yang sedang disalin Adit.
"Balikin ndo gue udah susah payah bujuk abwang Al." Diambil kembali buku itu oleh Adit
"Ribet amat lo pada, udah ngerjain bareng-bareng sana!" terlanjur emosi karena kebisingan mereka, Barra pun buka suara juga akhirnya.
⛓
"Assalamualaikum anak-anak ...disini kita kedatangan teman baru," ujar bu Sarah guru super baik hati se-SMA TRISAKTI.
"Oy ada anak baru ko gue kaga tau sih? mana ada seorang Adit yang gak pernah kudet ini ketinggalan berita, mana muridnya cewe lagi." Cerocos Adit yang baru menyelesaikan tugas, ia tak sadar bahwa kini Lala sedang menatapnya sengit.
Para siswa laki-laki heboh dengan kedatangan gadis baru tersebut, terkecuali Alden yang masih terlelap di atas lipatan tangannya. Ia tidak tidur dia mendengar semua omongan-omongan manusia yang ada di kelas tersebut, tapi Al tidak cukup tertarik dengan kedatangan murid baru itu.
"Baik, silahkan masuk dan perkenalkan dirimu." Titah bu Sarah kepada murid baru tersebut.
"Hai! nama gue .." ucapannya terhenti saat bu Sarah memotongnya
"Bahasanya yang sopan!" suara bu Sarah terdengar sedikit lembut, namun bisa ia rasakan itu sebuah perintah.
"Eh iya maaf bu, oke perkenalkan nama saya Anaya Aretha Rumi bisa di panggil Naya, atau Retha makasih." ujar Naya lantang.
"Baik, ada yang mau ditanyakan?" tanya bu Sarah kepada para murid.
"Di panggil sayang boleh?" celetuk Sando dengan santai nya, hal itu sontak langsung di teriaki oleh murid kelas 11 IPS 3.
Naya kini duduk dengan Sheril, mereka langsung mengobrol layaknya orang yang sudah kenal lama. Mereka memang sudah kenal lama, sejak SMP Naya satu kelas dengan Sheril tapi karena tugas papi nya Naya harus pindah ke Bandung, dan di kelas 11 ini akhirnya dengan takdir mereka bertemu kembali.
"Naya tolong jaket nya di lepas ya, di kelas maupun di lingkungan sekolah dilarang memakai baju apapun terkecuali seragam!" tegur bu Sarah masih dengan nada lembutnya.
"Dan untuk tiga jam pelajaran ini, bu Linda tidak hadir karena ada acara penting, jadi ibu sekarang akan memberi tugas yang diberikan oleh bu Linda, dimohon untuk mengerjakan!" ujar kembali bu Sarah lalu ia pergi meninggalkan kelas dan seketika itulah kelas kembali riuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXONERATE [End]
Teen FictionRefalden Dakara, hanya seorang lelaki dengan sejuta luka, lelaki yang merasa dirinya tak begitu bermakna, dingin, datar tanpa peduli dengan sekitar. Hidupnya tak bercahaya, hanya putih, hitam, dan abu-abu saja. Kadang ia selalu bertanya-tanya, meng...