Happy Reading
Di sebuah cafe Naya sedang menunggu Sheril yang masih saja tak kunjung datang, tapi saat ia melirik ke arah jendela, disana ada sebuah fenomena yang tiba-tiba membuat hatinya hancur dan mungkin retak.
Disana ada Al yang sedang membonceng Vani, jalan melewati jalanan yang sedang Naya tatap itu. "Rapet bener dah kek double tip.
"Apaan yang rapet Nay?" suara itu membuat Naya sedikit terkejut.
"Eh ril, dateng juga lo."
"Kusut banget tuh muka lo, btw lo ngomong rapet sama siapa tadi?"
"Kaga, tadi si nyai ronggeng di bonceng si es doger rapet banget."
Sheril tak bisa menahan tawanya. "BHAHAHA, jealous lo Nay?"
"Dih mit-amit."
***
Di perjalanan menuju rumah Vani, Al merasa aneh dengan arah yang di tuduhkan oleh gadis itu. Dimana yang seharusnya lurus, justru Vani menyuruhnya belok. Saat mereka berada di pertengahan jalan, dari arah depan terdapat dua orang yang mungkin bisa Alden kenal kini sedang menghalangi jalannya.
"Turun njing!" Ujar Rio dan juga Edgar yang berada disampingnya.
Vani tak terkejut sama sekali. "Al mereka siapa? gue takut Al," ia langsung bersembunyi di belakang dan memeluk Al.
"Lo tunggu di belakang Van!"
"Ngapain halangin jalan oranh?" lanjut Al kepada mereka dengan suara dinginnya.
"Lo jalan di jalur yang sebentar lagi sampe ke basecamp EAGLE, dan artinya itu suatu hal yang berbahaya bagi lo!" ujar Rio tajam.
"Berarti lo lagi dalam masalah besar Al," lanjut Edgar.
Al memalingkan mukanya malas. "Yang punya masalah sama gue tuh si Deon, bukan lo nyet!"
"Ngelunjak dia bos," ujar Edgar pada Rio.
"Maju!" perintah dari Rio langsung Edgar lakukan, ia dengan cepat langsung menghajar Al tepat pada pelipisnya.
Jika hanya untuk melawan Edgar, bagi Al itu hal yang mudah, dan saat dimana Edgar tumbang, kini Rio yang maju menghajarnya. Pukulan demi pukulan terus mereka layangkan tanpa ada jeda sedikit pun, sampai saat dimana Rio mendorong Al begitu keras hingga tubuh tersebut terhuyung ditambah kepalanya yang membentur batu besar dengan begitu keras.
"Aaal!!" Vani pun yang sedari sibuk bermain hp langsung berteriak histeris saat melihat apa yang terjadi pada Al.
Rio terkekeh senang. "Kayaknya cuma itu deh serangan buat lo jadi gue gabakal terlalu kotorin pake darah, lo masih belom pantes mati sekarang men." ia pun beranjak pergi dari tempat tersebut.
"ANJING!!" teriakan Al tak dihiraukan sama sekali oleh Rio.
***
Al memasuki kamarnya, dan ia langsung mendudukan tubuhnya diatas kasur. Al seketika memegang kepala bagian belakangnya pelan, syukur saja tak ada darah disana tapi mungkin memar lah yang ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXONERATE [End]
Teen FictionRefalden Dakara, hanya seorang lelaki dengan sejuta luka, lelaki yang merasa dirinya tak begitu bermakna, dingin, datar tanpa peduli dengan sekitar. Hidupnya tak bercahaya, hanya putih, hitam, dan abu-abu saja. Kadang ia selalu bertanya-tanya, meng...