Sedikit heran, namun
saya menyukainya
~Refalden Dakara
⛓Happy reading
Hari selanjutnya, ada sedikit hal yang berubah saat Al baru saja menginjakkan kaki ke lantai pertama, baju putih abu yang beberapa hari ia rindukan akhirnya melekat di tubuh itu. Satu perubahan kini terdapat pada Reza sang ayah, tidak ada tatapan dingin saat ia menatap Al, sepanjang mereka menyantap sarapannya Reza sama sekali tak bersuara, entah apa yang terjadi dengan pria itu.Al kemudian melirik Widi, seolah paham dengan tatapan Al yang seperti bertanya, Widi hanya tersenyum simpul kepadanya. Arvan yang sedari tadi sibuk dengan laptop mengurus rencana acara prom night angkatannya, pun ia merasakan hal aneh saat orang di sekitarnya sama sekali tak bersuara.
"Sepi amat, gaada yang mau ngomong atau basa-basi gitu?" ujarnya.
"Abang juga sibuk itu sama laptopnya, sampe sarapan lupa gak dimakan," ucap Widi, setelahnya Arvan hanya nyengir.
Widi beralih kepada Al. "Kak, obatnya udah diminum?"
"Udah," saat Al tak sengaja menatap ke arah Reza, dan nyatanya Reza pun sedang menatapnya seperti Widi yang sedang menunggu jawaban Al.
Reza beranjak dari duduknya, namun Widi menahannya. "Mau kemana mas?"
"Ke ruang kerja, ada berkas yang perlu diurus."
"Semalem, ibu ngomong apa sama ayah?" bukan Al yang bertanya, melainkan Arvan sedari tadi ia pun bingung dengan ayahnya yang tak berkata apapun, juga tak mengomeli Al.
"Ada deh," seolah meledek, Widi melengos pergi sambil membawa piring bekas dengan senyumannya.
"Ibu!!"
Flashback on
Malam tadi Reza lagi-lagi mendapat sebuah pesan dari orang yang tidak ia kenal, pesan itu seolah berisi ancaman kepadanya, juga pada Al. Awalnya ia tak peduli karena mungkin Al yang mempunyai masalah, namun setelah orang tersebut menyebutkan bahwa hal itu karena dirinya, Reza menjadi terus kepikiran tentang itu.
Di kamar, Widi yang sedari tadi berada di sisinya terus menatap Reza bingung, bagaimana bisa tidak merasa aneh saat sang suami terus melamun seperti memikirkan sesuatu, tak ingin terus penasaran, Widi pun memberanikan diri untuk bertanya.
"Mas?" Reza menoleh.
"Ada apa kok kayak banyak pikiran gitu? masalah perusahaan?"
"Bukan Wid, aku kepikiran sama yang ngirim pesan ke hp aku tadi," gumam Reza.
"Emang siapa yang kirim? ngirim pesan gimana? coba cerita."
"Mereka seolah ngancam sesuatu, aku gatau dia siapa, tapi dia seolah bakalan celakain Al atau jadiin dia sebagai ancamannya. Perasan aku gapunya saingan atau musuh deh Wid," Widi tersenyum lembut mendengar penuturan sang suami yang terlihat seperti ke khawatiran.
"Semoga aja itu orang iseng mas, aku seneng kamu khawatir gitu sama Al."
"Siapa yang khawatir, justru aku mikir kalo dia yang bikin ulah," bukannya mengerikan, justru wajah Reza terlihat seperti anak kecil ngambek.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXONERATE [End]
Teen FictionRefalden Dakara, hanya seorang lelaki dengan sejuta luka, lelaki yang merasa dirinya tak begitu bermakna, dingin, datar tanpa peduli dengan sekitar. Hidupnya tak bercahaya, hanya putih, hitam, dan abu-abu saja. Kadang ia selalu bertanya-tanya, meng...