Seberat apapun masalah lo
jangan ditimbang, gabakal laku
~Fernando Sandoro
⛓Happy reading
Alden membuka matanya perlahan, yang ia lihat hanya ruangan bernuansa putih dengan aroma khas obat-obatan, ditambah sensasi pening di kepalanya masih terasa.Al menatap punggung tangannya yang terdapat infus, diinfus adalah hal yang paling ia benci sekali, maka dari itu ia mencabutnya. "Sshh..shit!"
Kemudian Al turun dari ranjang nya, mengambil jaket lalu pergi ke luar kamar rawatnya.
Dari kejauhan Kevin bisa melihat siapa orang yang sedang berjalan didepannya, ia dan Rehan pun langsung menghampiri. "Mau kemana lo?"
Al menatap mereka datar. "Pulang."
Rehan menatapnya aneh. "Lah,setelah lo bikin kita panik, dan lo dengan santainya mau pulang? lo baru sadar bocah, tu lagi ngapain infusannya lo copot?"
Al memalingkan matanya malas. "Terus gue harus gimana? gue gamau bikin masalah lagi sama bokap, lain kali kalo gue kayak tadi jangan dibawa ke tempat ini."
"Terus kita biarin lo mati kehabisan darah hah?" kali ini Kevin yang berbicara.
Al lalu pergi meninggalkan mereka tapi ditahan oleh Kevin. "Gue anter!"
"Mana kunci motor gue? dam gue minta lo buat gak ngadu sama si Arvan," ujar Al.
"Tapi lo sekarang pulang bareng gue, motor lo biar Rehan yang bawa, kalo gamau gue bilangin ama abang lo," ancam Kevin.
Al menatap tajam. "Ck, yaudah cepet!"
***
Sesampai di rumah tadi, bisa dibilang Al cukup beruntung, karena ayahnya belum pulang ia harus lembur karena lusa harus cuti untuk acara pernikahan nya, dan ditambah juga Bi Mina bilang Arvan sudah tidur.
Al pergi menuju balkonnya, ia hanya melamun sambil merebahkan tubuhnya di kursi panjang, tak lama kemudian ia merasa terusik dengan suara gadis yang teriak bernyanyi tak jelas di jendela sebrang, ia langsung mengambil kerikil dari pot dan melemparnya ke jendela kamar Naya.
"Woy!" Naya mengamuk.
"Kalo sampe ni kaca pecah tanggung jawab lo!" lanjutnya.
"Kalo sampe gendang telinga gue pecah, lo bisa tanggung gak?" ujar Al tajam
"Siapa suruh lo di luar, mana belum mandi lagi"."
"So tau."
"Gue gak buta bego, gue bisa liat lo masih pake seragam, gue juga tau kalo tadi habis dari nganter gue lo itu gak langsung pulang, soalnya tadi sore gue liat kamar lo gelap."
Al menatap Naya curiga dan ia langsung melompat ke balkon kamarnya.
"Eeh eh, mau ngapain lo?"
Al menghadap ke arah jendela kamarnya, hal itu membuat Naya bingung. "Jadi gini cara lo ngawasin gue?"
Naya melotot, aneh sekali dengan lelaki ini. "Ngawasin? PD sekali anda, udah sana balik lagi lo mau di marahin papi gue hah?"
Lalu Al melompat lagi ke balkon kamarnya dan ia menatap Naya dan tersenyum remeh sebelum ia memasuki kamar.
***
Alden menuruni tangganya dengan menggendong tas dipunggung sebelah, ia tidak menuju ke meja makan tapi ia justru pergi begitu saja keluar, namun ditahan oleh Arvan .
"Sarapan dulu, lo gabakalan kena omel, semalem kan lo dulu yang pulang sebelum ayah, lagian ayah udah pergi tadi ke kantor jam 6."
Al menatap Arvan bingung. "Tau dari mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
EXONERATE [End]
Teen FictionRefalden Dakara, hanya seorang lelaki dengan sejuta luka, lelaki yang merasa dirinya tak begitu bermakna, dingin, datar tanpa peduli dengan sekitar. Hidupnya tak bercahaya, hanya putih, hitam, dan abu-abu saja. Kadang ia selalu bertanya-tanya, meng...