Bersamamu atau tidak,
aku harus tetap baik-baik saja
~Refalden Dakara
⛓Happy reading
Kelas pagi ini sudah sedikit riuh, padahal jam baru saja menunjukkan pukul 06.30. Namun entah roh apa yang merasuki tubuh siswa IPS 3 yang biasanya adalah siswa-siswi langganan BK dan hukuman guru karena selalu terlambat, kini menjadi rajin seperti kebanyakan anak MIPA."Praying circle semoga semua pelajaran hari ini gurunya kaga ada," ujar Adit memohon.
"Aamiin," jawab mereka serempak.
"Terus niat lo sekolah apaan Dit?" ujar Aji yang sedang sibuk menyalin tugas.
"Nyari cewe lah," timbalnya.
"Bukan temen gue," Aby menggelengkan kepalanya setelah mendengar perkataan Adit.
"Si Al kemana ya?" Sando sedari tadi terus menanyakan keberadaan Al.
"Nanya mulu lo Ndo, gue bukan bapak nya," ujar Aby kesal.
"Naya," panggil Adit.
Gadis itu menoleh. "Apa?"
"Bebeb lo mana?"
"Ya gak tau, gue kan gak serumah sama dia," jawab Naya jutek, padahal hatinya sedikit gundah karena lelaki yang sekarang berstatus sebagai pacarnya itu tidak kunjung datang.
Barra menatap bangku kosong di sebelahnya. 'kemana temannya yang satu ini?'
Beberapa menit lalu bel istirahat mulai berbunyi, dan masing-masing para siswa mulai berhamburan menuju kantin. Selepas dari kantin, langkah mereka berlima terhenti saat menuju kelas, karena terdapat Arvan yang tiba-tiba memberhentikannya.
'Bibi cuma gamau den Al jadi orang ketiga yang bakalan ninggalin kalian' perkataan bi Mina terus menghantui pikiran Arvan.
"Kenapa bang?" ujar Barra.
"Naya ada?" tanya Arvan kepada mereka bet enam.
"Ada bang, mau berapa rebu? btw si Al kok gak masuk?" sahut Adit.
"Si Al izin, tolong suruh Naya kesini dong, gue ada perlu sama dia."
"Siap," Adit semangat dengan perintah Arvan. "Naya sini, ada kakak ipar lo."
Mereka berlima memasuki kelasnya, dan Naya langsung keluar untuk menghampiri Arvan, setelah itu entah apa yang mereka berdua bicarakan.
***
Sekolah hari ini selesai, sekarang Naya harus pulang bersama Arvan untuk urusan dan kesepakatan yang mereka obrolkan tadi. Setelah sampai, Naya memasuki rumah Arvan yang begitu sepi. Ya, tadi ia sepakat dengan Arvan untuk ikut ke rumahnya supaya bisa bertemu Al, tetapi Arvan juga yang memintanya untuk menemui Al.
"Masuk aja."
"Bener nih, kenapa gak lo aja sih kak? dari kapan dia didalem? kayak cewe aja ngurung diri di kamar," dumel Naya.
"Dari semalem, dia belum makan juga."
Naya terbelalak kaget. "Buset, ini udah sore terus dia belum makan dari malem?bahkan bukan dari malem, tapi dari sorenya pun dia pasti belum makan karena sore kemarin masih sama gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
EXONERATE [End]
Fiksi RemajaRefalden Dakara, hanya seorang lelaki dengan sejuta luka, lelaki yang merasa dirinya tak begitu bermakna, dingin, datar tanpa peduli dengan sekitar. Hidupnya tak bercahaya, hanya putih, hitam, dan abu-abu saja. Kadang ia selalu bertanya-tanya, meng...