i'm trying to never give up again
~Refalden Dakara
⛓Happy reading
Naya terus menatap wajah Al dengan tatapan yang tak bisa diartikan, 10 menit lebih ia menunggunya terbangun, namun si empunan masih enggan untuk membuka mata indahnya itu."Kapan sih gue bisa liat lo senyum ger? kayaknya susah banget ya buat lo senyum. Karena hidup lo hari-harinya selalu gelap kali. Kalo boleh, mau gue terangin gak?" ujar Naya pelan sambil merapihkan surai hitam milik Al yang basah karena keringat dingin yang sedari tadi bercucuran.
Naya merasa aneh dengan Al yang tertidur tak tenang, Ia menggeliat dan mengerutkan keningnya bak orang sedang bermimpi buruk tapi juga seperti kesakitan, tak lama tubuh itu bergetar seperti saat Al bersandar di pohon tadi.
"Buun..." lirih Al yang masih menutup matanya itu, Naya menggenggam tangan Al yang begitu dingin.
"Dingin banget."
"Al mau ikut bunda..." ujar Al kembali mengigau, Naya tak tau harus berbuat apa sekarang, tapi satu yang membuat Naya terkejut saat meletakan tangannya di dahi tersebut, suhu dahinya justru berbalik dengan suhu tangannya.
Napas Al mulai tak beraturan, seperti sedang berlari marathon. Naya tak tau apa mimpi yang mendatangi lelaki ini.
"To..long jangan pergi," ucapan itu begitu pelan dan lirih, namun Naya masih bisa mendengarnya.
Naya pergi ke dapur dan ia membawa wadah berisi air dan juga dua sapu tangan untuk mengompres Al, ia meletakan sapu tangan itu di dahinya, lalu menarik selimutnya sampai penutupi dada, kini Al mulai tenang. Setelahnya Naya hanya menatap si empunan yang terlihat nyenyak dengan wajah sudah seputih kapas.
'Awalnya gue seneng liat tadi lo tidur, supaya gak ngerasain sakit, tapi saat tidur pun lo masih aja menderita Al' batin Naya.
***
Al membuka matanya perlahan sambil menyesuai cahaya matahari pagi dari arah jendela kamarnya, perlahan ia mengubah posisi tubuhnya terduduk.
"Arghh.." erangnya saat merasakan sakit dan ngilu di seluruh persendiannya.
Tak lama Naya memasuki kamar dengan membawa dua buah potong roti dan susu hangat. "Bangun juga lo?"
"Ngapain disini?" nada dingin itu kembali keluar dari mulut Al.
Naya menatap lembam-lembam diwajahnya. "Lusa juga ilang ni bonyok."
"Jawab!" Naya sedikit kaget dengan ucapan Al seperti membentak. "Kalem dong, semalem gue abis jadi babu lo."
"Pulang!" ucapan tegas Al membuat Naya membulatkan matanya.
"HEH KALO TADI MALEM GAADA GUE, LO GAK AKAN MUNGKIN BISA BANGUN SEKARANG!!" Naya geram dengan orang yang tak tau terimakasih ini.
"Baguslah."
"Bagus lo bilang? kalo gitu mending gue biarin aja tadi malem lo sekarat di jalanan, atau pulang ninggalin lo disini yang paling lo bakal ikut pergi sama bunda lo itu, masalah lo bangun atau enggak nya itu gue gak peduli, adanya lo disini juga buat gue susah!" ucapan Naya sama sekali tak Al sangka, ia kembali merasa orang-orang ingin sekali dirinya mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXONERATE [End]
Teen FictionRefalden Dakara, hanya seorang lelaki dengan sejuta luka, lelaki yang merasa dirinya tak begitu bermakna, dingin, datar tanpa peduli dengan sekitar. Hidupnya tak bercahaya, hanya putih, hitam, dan abu-abu saja. Kadang ia selalu bertanya-tanya, meng...