Ketiga kalinya gue bikin lo celaka
Semoga tuk keempat kalinya tak ada
~Anaya Aretha Rumi
⛓Happy reading
Malam nanti, adalah malam yang bahagia bagi Reza dan juga tante Widi, tapi mungkin tidak dengan Arvan dan Alden. Al masih bisa merelakan walaupun di hatinya ia kecewa, namun tidak dengan Arvan jika ada hal yang ia tak suka ia pasti akan menampakkannya."Ayah harap kalian jangan bikin ulah di pernikahan malam nanti," Reza membuka suara.
Arvan menatap ayahnya kesal. "Ayah gak pergi ke makam bunda dulu?"
"Diusahakan ayah akan kesana."
Al hanya sibuk memakan sarapannya, ia tidak bisa berbuat apa-apa, melarang? berkomentar? itu semua akan mustahil untuknya yang selalu salah dimata Reza.
***
Alden memarkirkan motornya di sebelah motor lain, dirinya merasa tak asing dengan motor di sampingnya ini, itu seperti motor gadis yang cerewet tetangganya.
"Keren juga," ujarnya pelan.
Dari arah belakang ada Aby yang langsung merangkulnya. "Pakabar mamen, kantin yuk temenin gue sarapan!"
Al tidak meresponnya sama sekali, ia hanya menurut saja mengikuti kemana Aby pergi.
"Pesen gak?" tawar Aby.
"Kopi item."
"Ih, masih pagi juga"
"Nih," tak lama dari itu Aby pun datang dengan membawa satu piring nasi goreng, teh manis, dan juga kopi pesanan Al.
"Berhenti dulu lah Al minum kopi sama rokoknya, belum sarapan juga kan lo?"
Al hanya terkekeh, mulut sahabatnya ini sama dengan Arvan seperti emak-emak. "Enak."
"Enak si enak, tapi sayang tu organ lo di dalem rusak."
***
Hari ini adalah pelajaran olahraga untuk kelas 11 IPS 3, Pa Seno sudah beberapa kali meniupkan peluitnya supaya para lelaki cepat memasuki lapangan.
"CEEEPAAATT!!"
Adit terkejut. "Om Seno sudah mengamuk everybody."
Pelajaran pun dimulai, hari ini adalah permainan basket, regu putra dan regu putri dipisahkan.
"Sekarang putri dulu yang mulai bermain."
Sando menyenggol sedikit tangan putri. "Tu put lo maen!"
"Regu putri bego bukan gue doang!" sewot putri.
Tak disangka-sangka ternyata skil Naya bisa dibilang cukup bagus dari siswi-siswi yang lainnya, hal itu membuat para lelaki terpesona kepadanya, terutama Aji yang sedari tadi fokus memerhatikan.
"Buset si mak lampir keren cuk," ujar Sando.
Permainan tim putri pun selesai, Naya berlari ke pinggir ke lapangan ia lalu mengikat rambutnya, tanpa sadar dari sisi lain Al sedang fokus memandangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXONERATE [End]
Teen FictionRefalden Dakara, hanya seorang lelaki dengan sejuta luka, lelaki yang merasa dirinya tak begitu bermakna, dingin, datar tanpa peduli dengan sekitar. Hidupnya tak bercahaya, hanya putih, hitam, dan abu-abu saja. Kadang ia selalu bertanya-tanya, meng...