Chapter 28: TARUHAN

1.3K 96 6
                                    

Diam bukan berarti
takut untuk melawan
~Refalden Dakara

Happy reading
Naya berpamitan kepada Sheril, Aca, dan juga Lala, karena ia tidak bisa pergi bersama mereka untuk pulang. Hari ini, Naya harus mengikuti jadwal latihan eskul musiknya. Sudah dua kali ia tidak latihan karena tugasnya yang begitu menumpuk.

Saat hampir menuju ruang latihan, Naya bisa melihat Arvan disana yang sedang menyendiri, sibuk dengan benda berbentuk persegi itu. "Kak Arvan!"

Arvan langsung menoleh. "Eh, calon adik ipar."

"Apaan si kak, jangan mulai deh," Naya kesal dengan prilaku Arvan hari ini.

"Kemana aja, kok kemarin-kemarin gak latihan?" tany Arvan penasaran.

"Tugas segunung kak, adek lo cuma ngasih tau jalannya kaga ngasih tau jawabannya," jawab Naya mendengus.

"Yaudah, sana masuk gih ngapain masih disini!"

Naya menatap Arvan bingung. "Lah, kakak juga ngapain masih disini?"

"Si Al balik gak tadi? kaga basket dulu kan?" Arvan justru mengalihkan topik.

"Gatau, gue bukan kakak dia soalnya," ujar Naya sedikit menyindir Arvan, lalu pergi meninggalkan Arvan sendirian.

"Terus siapannya? pacar?" celetuk Arvan dan Naya langsung memberikan mata tajamnya.

***

Barra, Alden, Adit dan juga Aji kini sedang berada di aula lapangan basket SMA TRISAKTI. Sekarang mereka sedang melakukan jadwal latihannya, fokus terhadap Al yang kini sedang mendribel-dribel si oranye dengan gerakan gesit, dan di sisi lain ada Barra yang menatapnya kesal, ia melarang Al untuk tidak latihan kali ini karena ia tau bagaimana kondisi anak itu tadi malam.

"Ada psikopat maen basket nih," suara itu membuat Barra, Adit dan juga Aji langsung menoleh ke arah suara tersebut, dan itu berasal dari mulut Aldo anak 11 IPS 1. Dia adalah salah satu murid SMA TRISAKTI yang tak menyukai para anggota SWORD. Karena dulu ia termasuk salah satu anggotanya, namun karena keinginannya menjadi anggota inti tidak terwujud, akhirnya ia mengundurkan diri.

Alden yang mendengar ucapan Aldo tadi pun langsung memberhentikan pergerakannya, apalagi saat Adit yang langsung menghampiri Aldo dengan ekspresi seolah-olah akan menerkammya.

"Letoy banget dah tu mulut, kalo gak paham artinya, jangan sok belagu manggil temen gue sikopat-sikopet-sikopat-sikopet, muka lu tuh kek adonan kroket,"sewot Adit sinis membela Al.

Aldo mendorong tubuh Adit sedikit kencang, dan itu membuat Adit terjengkang ke belakang. "Berisik lo!badan lo tuh letoy, gue dorong dikit ambruk.

Bughh...
Adit yang marah karena diremehkan pun langsung melayangkan pukulan dinginnya kepada Aldo, dan Barra langsung melerainya dengan menarik tubuh Adit supaya tenang.

"Tahan emosi lo!" ujar Barra.

"Karena kalo berantem lo pada belum siap, yang ada nanti pada ambruk. Kita nantang lo pada taruhan tanding basket sekarang 2 lawan 2." tantang Aldo pada mereka.

"Dengan syarat?" ujar Barra.

"Kalo kita menang lo Al, mesti ngundurin diri jadi kapten."

EXONERATE [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang