Hallo everyone👋🏼
Kangen ga nih?akhirnya
tugas sekolah saya minggu
ini selesai,jadi bisa up
deh hehe🤧
Semoga sehat selalu<>
⛓Happy reading
Perlahan-lahan rintik hujan mulai berjatuhan, padahal yang dari tadi Naya inginkan yaitu melihat jingganya senja dari atas rumah pohon itu. Tak lama dari itu, Naya mulai menghampiri si empunan yang sedang bersandar pada kayu dengan mata terpejam.'Dia kenapa?' batinnya.
Awalnya Naya kaget, bukan karena apa. Justru karena ia merasa terkejut dengan lelaki yang sedang berada di depannya ini terlihat seperti mayat.
"Al.., lo masih idup kan?" ucapnya sambil mengguncang pundak Al pelan.
Tak ada respon apapun, hal itu membuat Naya semakin panik khawatir, tapi ia masih mencoba untuk biasa saja. "Beneran mati nih ceritanya?"
"ALDEEENNN!!!! JANGAAAN MATIIII!!" teriakan Naya langsung membuat Al terbangun dan menutupi mulut gadis itu dengan tangannya.
"Berisik.." tidak dengan nada dinginnya, justru Al bersuara begitu lembut, dan itu dapat membuat Naya terdiam membisu.
"Ya abisnya lo gak bangun-bangun, gue kira lo mati."
"Cuma ritual," balas Al datar.
Naya sedikit bingung dan loading dengan ucapannya "Ritual apaan?"
"Ritual mati," jawabnya santai.
"Goblok! mana ada ritual mati, gaperlu pake ritual, mati ya tinggal mati aja," jawab Naya kesal.
"Kalo tadi mati beneran?" Naya langsung menatap Al serius saat mendengar perkataannya. "Udah ah, kok jadi bahas mati sih."
Keduanya langsung sama-sama terdiam, mereka tak tau harus berkata apa lagi, setelahnya mereka hanya hanya mendengarkan suara hujan yang ada diluar sana. Sampai dimana Al memulai kembali percakapan.
"Bawa lap?"
"Gak, adanya sapu tangan," balas Naya.
"Gapapa, mana?" Al menyerahkan tangannya.
Naya segera membuka tasnya dan mengambil sapu tangan itu, namun ia sedikit heran untuk apa lelaki ini memintanya? "Buat apa? ini sapu tangan bekas gue olahraga loh, udah beberapa hari gak gue cuci. Bau keringet pasti, emang lo gak jijik?"
"Udah sini!" tampa babibu Al segera meraih sapu tangan itu yang masih dipegang oleh Naya.
***
"Bikin khawatir aja sih tu bocah," gerutu Barra yang sedari tadi menunggu kabar dari temannya Al itu.
"Dia udah gede bos, tenang aje. Gue tau dia anak kesayangan lo disini, tapi lo gausah cosplay jadi kayak emaknya juga Bar," balas Adit santai, tanpa ia ketahui bahwa Barra sedang menatapnya tajam.
"Bacot lo Dit, bilang aja lo iri kan sama si Al?" lanjut Aby.
"Berat ngeiriin si babang Al mah."
"Iya berat soalnya perbandingan lo sama si Al beda 99% Dit," celetuk Sando.
"Nista terooosss!" jawab Adit kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXONERATE [End]
Teen FictionRefalden Dakara, hanya seorang lelaki dengan sejuta luka, lelaki yang merasa dirinya tak begitu bermakna, dingin, datar tanpa peduli dengan sekitar. Hidupnya tak bercahaya, hanya putih, hitam, dan abu-abu saja. Kadang ia selalu bertanya-tanya, meng...