Kamu akan menjadi manusia
paling bahagia di bumi,
mungkin bukan hari ini
tapi suatu saat nanti
~Anaya Aretha Rumi
⛓Happy reading
Alden mulai mengerjapkan matanya perlahan, cahaya mulai memasuki indra penglihatannya. Ia langsung duduk terbangun, dan hal itupun membuat ke empat temannya merasa terkejut, itu terlalu mengejutkan karena Al bangun dengan gerakan yang begitu tiba-tiba."Anying kaget," umpat Sando yang sedang berada di sisi Al.
"Kalo mau bangun bilang dong Al, jangan sekaligus gitu. Gue kira tadi mayat yang idup lagi," ujar Adit, namun si empunan hanya memberikan ekspresi datar.
Drrt..drrtt.. Al mulai mengambil handphone nya yang terus berbunyi, dan ternyata itu panggilan suara dari Vani.
"Apa?" ujarnya malas.
"Jemput gue dong Al, di toko buku, gue gatau mau minta jemput sama siapa. Langit udah mulai mendung nih, gue takut sendirian Al." balas gadis di seberang sana.
"Gabisa, gue lagi ada urusan."
"Lo kok tega banget sih Al," gadis itu terdengar kesal.
"Udah deh Van, tinggal naek taksi atau ojek online kan bisa. Inget lo udah gede!"
"Tapi Al—"
Tutt..tuutt sambungan pun langsung Al putuskan begitu saja.
"Siapa? pasti si nyai ronggeng kan?" Al hanya mengangguk sebagai jawaban
"Apa yang lo rasain sekarang?" ujar Barra yang sedari tadi terus khawatir dengan temannya itu.
"Gaada."
"Dih, masa gaada orang tadi kepala lo keluar banyak darah, mana tadi lo sempet-sempetnya bangun terus pingsan lagi. Lo tau gak Al waktu tadi bangun ekspresi lo ke anak diculik yang baru ketemu, ling lung," ujar Aby.
"Oh," keempat temannya hanya menggelengkan kepalanya merasa bingung dengan temannya yang satu ini.
***
Al mulai memasuki kediaman rumahnya, jam sudah memasuki waktu jam 7 malam. Ayahnya belum pulang sekarang, dan itu membuatnya sedikit lebih lega, bukan takut dimarahi tapi ia malas mendengar ocehannya.
"Eh den Al baru pulang," ujar bi Mina yang langsung menghampirinya.
"Ini kenapa kening aden di perban gini, terus siapa ini yang mukul? duh aden, aden teh harus jaga tubuh atuh, ini pasti keluar darah banyak kan? aden mau darahnya abis?" omel bi Mina.
"Saya gapapa bi, ya kalo darahnya abis juga gapapa," bi Mina langsung memukul pelan lengan Al.
"Jangan gegabah gitu kalo ngomong den," balas bi Mina.
"Saya ke kamar dulu bi," ujar Al lalu pergi menuju kamarnya.
Al membuka pintu kamarnya, ia bisa melihat ada Arvan yang sedang berdiri membelakanginya sedang menatap jendela kamar, awalnya Al sedikit bingung dengan Arvan yang tiba-tiba seperti ini, namun ia tak memperdulikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXONERATE [End]
أدب المراهقينRefalden Dakara, hanya seorang lelaki dengan sejuta luka, lelaki yang merasa dirinya tak begitu bermakna, dingin, datar tanpa peduli dengan sekitar. Hidupnya tak bercahaya, hanya putih, hitam, dan abu-abu saja. Kadang ia selalu bertanya-tanya, meng...