Happy reading!
Al masih kewalahan untuk membuka helmnya dengan sebelah tangan, ditambah panik saat tangan kanannya itu masih tak bisa merasakan apapun hanya kebas yang ia rasakan. Namun lelaki yang kini sedang berada di dekatnya hanya menyunggingkan bibirnya, menatap remeh juga aneh kepada apa yang dilakukan Al."Bego! mana bisa buka helm gede gitu satu tangan," ujar si remaja itu, Al menoleh ke sumber suara dan ia sedikit tersentak, meski wajah itu berubah datar setelahnya.
'Anjir kenapa gue mesti berhenti di sini sih,' batinnya.
"Gue gaada niat buat berantem," ujar Al dengan dinginnya.
"Gue juga gaada niat buat memperburuk kondisi kesehatan lo, yang ada lo mati kalo gue ajak gelut sekarang," balas Deon dengan kekehannya, lalu beranjak dan membantu Al membukakan helmnya.
"Kek cewek aja lu dibukain, mumpung suasana hati gue baik nih, buruan sini duduk! kapan lagi coba musuh nawarin duduk gini," Al menuruni motornya, benar apa yang dibilang orang-orang bahwa ada yang aneh dengan sikap Deon kali ini.
"Gue kira lo udah nyusul Dena, nyet!" Al menatap lelaki itu sengit, enteng sekali omongannya.
"Lagian lo kayak orang sekarat waktu tanding kemaren."
Kakinya terasa pegal karena terus berdiri, Al menduduki tubuhnya di sisi lelaki yang kini sibuk menghisap asap rokoknya. "Kenapa Yon?"
Deong mengangkat sebelah halisnya. "Kenapa apanya?"
"Sikap lo aneh, yang biasanya selalu marah kalo ketemu gue, ngehajar temen gue kalo lewat sini, jadiin Naya umpan lah kalo ketemu dia. Tiba-tiba lo gak lakuin itu semua, buktinya sekarang lo malah so asik," Deon menyudahi kegiatan nyebatnya dan beralih melirik Al.
"Gak nyangka lo bisa ngomong panjang juga," balas Deon, ia menjeda ucapannya sekejap.
"Asal lo tau, lo justru lebih aneh Al. Udah tau sekarat, tapi masih bisa-bisanya ikut tanding kemarin. Si Naya masih suka lagi sama lo, mana lu sok-sok an ngehadepin musuh bokap lo sendirian, pake nekat nyari bukti kematian nyokap segala lah. Tapi anehnya lo gak mati-mati," Al kesal dengan penuturan remaja itu, mengapa dia begitu ingin dirinya mati.
"Anjing lu!" umpat Al dan Deon hanya terkekeh, dan setelahnya mereka saling bungkam tak berucap lagi.
"Al, kalo lo mati jangan lupa temuin Dena ya? atau ajak gue sekalian biar lo ada temen. Dena makin cantik loh, pasti lo bakalan pacarin dia kalo masih ada," ujar Deon pada akhirnya kembali bersuara
"Gila lo," darimana anak itu tau wajah Dena sekarang.
"Iya deh kayaknya gue udah gila, tapi ini serius, cape gue hidup kalo dia gaada. Tapi kalo lo gamau si Naya sedih, gausah mati aja deh kasian, masa dia harus kehilangan kekasihnya buat yang kedua kali."
"Orang dia gak merasa kehilangan lo, justru dia seneng jauh dari cowok brengsek kayak lo," jawab Al enteng.
Deon terkekeh. "Tapi beneran lo gausah mati, soalnya geng lo cupu berantemnya, kalo lo gaada pasti mereka diratain sama anak-anak EAGLE."
"Bukannya gue harus nyusul Dena?"
"Gajadi, bokap gue bener, gue emang gabecus jagain dia, gak guna gue jadi kembarannya, dan gaguna juga gue jadi anaknya. Gue beneran ketemu Dena Al, dan entah kenapa rasanya gue pengen banget ikut dia aja," Al menoleh kepada Deon dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Lo minum?" hanya gelengan yang dibalas Deon.
"Asal lo tau Yon, sebenci apapun gue sama lo gue gaakan biarin lo ikut Dena. Biar gue aja, toh gue yang bakalan duluan mati," ucap Al sedikit pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXONERATE [End]
Teen FictionRefalden Dakara, hanya seorang lelaki dengan sejuta luka, lelaki yang merasa dirinya tak begitu bermakna, dingin, datar tanpa peduli dengan sekitar. Hidupnya tak bercahaya, hanya putih, hitam, dan abu-abu saja. Kadang ia selalu bertanya-tanya, meng...