I'm easy, you're a lot of money.
I'm comfortable
~Anaya Aretha Rumi
⛓Happy reading
Alden dan juga Naya akhirnya selesai menginjaki tangga bagian akhir, walaupun tadi sesekali Al memintanya untuk berhenti sesaat. Naya yang sedari tadi terus menatapnya dari samping membuat Al risih sekaligus malu jika terus diperhatikan seperti itu.Dengan gerakan yang begitu cepat Al langsung menoleh ke arah Naya dan hal itu membuat si empunan sedikit terkejut dan malu karena telah terciduk menatapnya. "Sebegitu gantengnya ya gue?" ujar Al dingin.
"Dih, geer kali kau ni. Gue lagi merhatiin tu muka ada aliran darahnya atau kaga, lagian pucet bener muka lo," Al hanya memiringkan bibirnya dan itu membuat Naya kesal dan langsung menginjak kakinya yang cedera.
"SHIIIT..." Al tiba-tiba merasa seperti dijatuhkan dari pesawat lalu mendarat di kawat-kawat yang begitu tajam.
"Baru nyampe udah KDRT aja," celetuk Adit yang sedari tadi menatap kedua insan yang sibuk adu mulut.
Naya berjalan terlebih dahulu menuju sofa, meninggalkan Al yang susah payah untuk sekedar melangkahkan kakinya itu, itu termasuk balasan bagi Naya untuknya.
Barra terus memerhatikan Al yang sedang berusaha berjalan dengan dahi yang mengkerut seolah sedang menahan sakit. Namun saat Al hampir terjatuh dengan gesit Barra langsung menghampirinya.
"Ji bantuin!" perintah Barra kepada Aji untuk membantunya membopong Alden.
"Gausah so kuat lo! pake gak minta tolong segala," lanjut Barra datar.
Al terduduk di sofa dengan sesekali ia memejamkan matanya, hanya menaiki tangga segitu pun ia sudah merasa seperti percobaan dicabut nyawa.
"Buka ya sepatu lo, abis cedera ngapain pake sepatu," ujar Aji perlahan membuka sepatu bagian kanan Al, betapa terkejutnya mereka termasuk juga Naya saat melihat kaki yang putih mulus berubah bengkak sedikit membiru ditambah terdapat ruam seperti darah yang menggumpal.
"Ngilu anjir, gak kebayang sakitnya tadi pas lo naek tangga Al," ujar Aby bergidik ngeri.
Naya yang merasa bersalah soal ia meninggalkannya tadi pun menatap Al sendu, ia tau ia salah.
"Sorry," ucapan Naya begitu pelan namun Al masih bisa mendengarnya.
"Tolong ambilin minum dong ndo!" lanjut Naya kepada Sando.
Adit yang sedari tadi terus menatap luka Al serius, kini ia pun mendekatinya. Adit menatap Al yakin, ditambah bibir yang tersenyum miring, dan itu membuat Al sedikit bingung dengan tatapan aneh tersebut.
"Lo ngapain Dit?" tanya Aji.
"Aing peseul ya?" (Aku urut ya?) ujar Adit kepada Al.
"Gak!" jawab Al membantah, ia tau apa maksud lelaki itu.
"Main urut-urut aja lu, anak orang nanti misalah gimana?" sewot Naya.
Adit yang merasa seperti diremehkan langsung berdiri dan menatap mereka angkuh. "Nih ya, kakek gue punya banyak cabang tempat urut. Di Badung, Bogor, Garut juga ada. Lo pada kaga percaya gue bisa ngurut? asal lo tau ya gue dapet warisan ilmu dalam dari kakek gue, dan sekarang gue bisa dibilang tukang urut satu-satunya di dunia yang paling keren dan ganteng."
KAMU SEDANG MEMBACA
EXONERATE [End]
Teen FictionRefalden Dakara, hanya seorang lelaki dengan sejuta luka, lelaki yang merasa dirinya tak begitu bermakna, dingin, datar tanpa peduli dengan sekitar. Hidupnya tak bercahaya, hanya putih, hitam, dan abu-abu saja. Kadang ia selalu bertanya-tanya, meng...