Hallo readers👋🏼
Dateng lagi ni Alden nya
Kangen ga?Kalo engga gapapa.
Sorry lama up,tugas
segunung soalnya.
Tapi btw makasih yang masih
setia nunggu🖤Darimu aku belajar bahwa
tak semua yang terlihat mengagumkan belum tentu menenangkan
~Anaya Aretha Rumi
⛓Happy reading
ANaya menatap si empunan yang beberapa menit tadi tertidur di dekapannya, namun kini posisinya telah berubah, kini kepalanya berada di atas paha Naya yang dijadikan sebagai bantal. Rona pucat, hidung mancung bak prosotan, bulu mata yang panjang dan juga alis yang sedikit tebal itu membuat Naya terbius seketika dengan ketampanannya."Definisi sempurna, lo bener-bener egois Al. Buktinya lo udah punya semua yang cewe-cewe dambakan," gerutu Naya sambil sesekali mengeka surai hitam milik Al.
"Iri lo?" Al tiba-tiba bersuara dengan mata yang masih terpejam, Naya yang merasa terkejut dengan itu pun langsung menyingkirkan kepala Al.
"Lo denger?" tanya Naya sedikit terbata.
"Hm," gumamnya.
"Gue cuma iri aja sama idung, dan juga alis lo itu," Naya memberi alasan lain.
"Ngapain juga gue iri in lo," lanjutnya ketus.
"Terus siapa yang ngomong tadi?" tanya Al.
"Gue cuma iri sama wajah lo yang terlalu boros aja Al!"
"Bagus, asal lo gak iri sama hidup gue," ujar Al datar, ia beranjak lalu pergi meninggalkan Naya yang masih terdiam menatap kosong kedepan.
"Kenapa emang?" tanya Naya penasaran.
"Cape," sahut Al.
'Gue pikir udah semuanya lo punya' batinnya, beberapa saat setelah tersadar dari lamunannya ia pergi meninggalkan rooftop itu.
***
Alden
Tas gueAda Al ga ilang ko
Alden
BawaKemana?
Alden
Warung belakangHah?
Sando menggaruk pucuk rambutnya yang tak gatal, seriusan ia tak paham dengan apa yang dimaksud pesan dari temannya ini. Maklum, Sando sedikit telmi alias telat mikir, ia perlu waktu satu jam untuk paham jika sudah chatingan dengan Al.
"By," ujar Sando pada Aby.
"Apaan Ndo?" sahut orang yang bernama Aby.
Sando kemudian menyerahkan handphone nya kepada Aby. "Ini anak ngetik apaan sih?"
"Mana liat," Adit yang penasaran langsung mengambil handphone itu. "Lo perlu les bahasa Refalden Dakara sama gue Ndo kayaknya."
"Dia bilang tolong ambilin tas nya nanti ke warung belakang," lanjut Aby membenarkan dan Sando pun hanya mengangguk.
Mereka berlima pergi menuju warung setelah bel pulang tadi berbunyi, satu persatu mereka mulai menaiki motornya dengan gerakan sok kecakepan karena para betina mulai menatapnya. Terkecuali Barra, tanpa melakukan gerakan apapun ia sudah keren dimata mereka. Itulah mengapa Sheril terlihat sedikit garang, karena jika ada cewe yang berani mendekati kekasihnya ia tak akan segan-segan menghajarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXONERATE [End]
Teen FictionRefalden Dakara, hanya seorang lelaki dengan sejuta luka, lelaki yang merasa dirinya tak begitu bermakna, dingin, datar tanpa peduli dengan sekitar. Hidupnya tak bercahaya, hanya putih, hitam, dan abu-abu saja. Kadang ia selalu bertanya-tanya, meng...