Daripada anda buat
saya naik darah, mending
anda buat saya naik haji
~Anaya Aretha Rumi
⛓Happy reading
Barra masih terus mencari keberadaan Alden, dari ujung koridor pertama hingga akhir, dan pada akhirnya ia pun kepikiran untuk mencarinya ke rooftop sekolah. Barra membuka pintu dan akhirnya terdapat orang yang ia cari kini sedang melamun disana, menatap kota-kota dari atas atap sekolah."Anjir, gue nyariin lo kemana-mana taunya lo disini sat." Omel Barra lalu menghampiri empunan dan melemparkan jaket itu kepadanya.
"Gaada yang nyuruh lo buat nyari gue." Balas dingin Al.
"Emang lo kaga nyuruh, tapi lo butuh tu jeket bego, memar lo satu kelas udah pada tau, dan ngapain juga lo diem disini, sok-soan kaga pake jaket mana abis hujan lagi. Dingin, cari mati lo?" Oceh Barra kesal.
"Hm," Balas Al singkat.
"Dih, ngebet banget lo pengen mati?"
"Emang." Jawab Al santai tanpa beban dan Barra hanya bisa menggelengkan kepala.
***
Mereka kini berada di sebuah warung kecil yang terletak di belakang sekolah, warung yang biasanya terdapat murid laki-laki SMA TRISAKTI membolos atau nongkrong selepas pulang sekolah.
"Yaah hujan lagi, kek nya gue bakalan disini deh ampe hujannya berenti." Ujar Aby.
"Lebay lo, kaga berani terobos ujan by?" Ledek Sando.
"Seragam gue cuma satu, kalo dicuci terus kaga bakalan kering, emang lo mau tanggung jawab?" Balas Aby.
"Miskin ah." Celetuk Adit yang sedari tadi sibuk main game.
"Anying lo dit!" Kesal Aby.
"Lo ngomong suka kaga bismillah dit." Ucap Aji yang sedang memakai jas hujan.
"Bismillahirohmanirrohim Aby miskin!" Ucap Adit meledek.
"Tai lo." Balas Aby kesal.
"Gue duluan." Ujar si empunan yang sedari tadi diam, yaitu Al.
"Nanti aja kalo udah redaan." Omel Barra.
"Hujan nya bakal lama."
"Emang lo siapa Al, bisa ngelamar hujannya bakal lama, temen
dedemit lu?" Celetuk Sando."Ngeramal nyet ngeramal." Jelas Adit.
***
Di perjalanan, baru saja ia melajukan motor sekitar kurang lebih seratus meter dari warung. Namun hujan justru turun semakin deras, membuat ia tidak bisa melihat jalanan yang ia lalui. Akhirnya Al memutuskan untuk berhenti di halte yang terdapat tinggal beberapa murid disana yang masih menunggu angkutan umum dan jemputan.
Bus datang, dan murid-murid langsung berlari memasuki bus itu. Hingga Naya yang berada disana terseret -seret lalu terdorong dan menubruk tubuh jangkung milik seseorang.
"Eh sorry sorry!" Ucap Naya sambil menunduk kepada si empunan.
"Ck." Al berdecak.
Tapi Naya merasa tidak asing dengan jaketnya itukan punyanya si—
"Elu? lo lagi lo lagi ngebet banget sih lo di deket gue. Ngapain lagi lo disini? ngikutin gue ya? mau bales dendam lo soal kejadian di kelas tadi?" Sewot Naya tiba-tiba tanpa ada jawaban dari Al. Namun kini Justru Al beranjak pergi, ia lebih memilih menerobos hujan daripada mendengar ocehan mak lampir satu ini.
"Mau kemana, tungguin gue dong. Disini sepi udah pada pulang, lo tega mau ninggalin gue disini sendirian? nanti kalo gue diculik gimana? terus kalo digodain om-om preman gimana terus—" Ucapannya terjeda saat salah satu telunjuk menempel di bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXONERATE [End]
Teen FictionRefalden Dakara, hanya seorang lelaki dengan sejuta luka, lelaki yang merasa dirinya tak begitu bermakna, dingin, datar tanpa peduli dengan sekitar. Hidupnya tak bercahaya, hanya putih, hitam, dan abu-abu saja. Kadang ia selalu bertanya-tanya, meng...