Saya tidak galau kok..
Sumpah..
~Panji Pradipta (aji)
⛓Happy reading
Naya baru saja menyelesaikan kegiatan eskul musiknya, namun sial dirinya harus pulang paling akhir karena hari ini adalah jadwalnya untuk membereskan alat-alat musik."BULLSHIT LU DOGER AH!! katanya nyuruh gue pulang bareng lo, tapi lo tinggal," gerutu Naya kepada Al yang kini entah ada dimana keberadaannya.
Ia sedikit menyesal tak menuruti perkataan papinya untuk membawa kendaraan kesekolah, awalnya ia pikir papinya bisa menjemput namun perkerjaannya yang begitu padat tak bisa untuk diganggu.
Tak lama dari itu, datang satu anak kecil berlari menghampinya. "Kak, boleh minta tolong gak?"
"Minta tolong apa dek?" tanya Naya.
"Tolong bantuin temen aku kak, dia jatoh aku mau tolongin tapi malah tambah nangis," Naya yang merasa kasihan pun langsung mengikuti bocah itu.
"Dimana temennya?"
"Disana kak, di belokan itu tapi aku pergi dulu ya kak mau kasih tau ibunya," Naya hanya menjawab dengan anggukan.
Naya berjalan menghampiri tempat itu, dan benar disana terdapat anak laki-laki yang sedang menangis sesenggukan. "Adek dimana yang sakitnya? biar kakak bantu obatin ya?"
Bocah itu sama sekali tidak menatap Naya dan tak menoleh sedikitpun, hingga dimana ada seseorang yang membekapnya dari belakang dan membuat Naya langsung tak sadarkan diri seketika, mungkin karena terdapat obat bius disana.
***
"Mikirin apa sih Al?" tanya Adit kepada Al yang sedari tadi melamun entah sedang memikirkan apa, kali ini ia merasa ada yang tertinggal tapi entah.
"Bar," ujar Al dan Barra hanya mengangkat sebelah alisnya sebagai bentuk tanda tanya.
"Lo tau?" tanya Al.
"Tau, si Naya seharusnya pulang bareng lo," jawaban Barra membuat Adit merasa bingung dengan pecakapan antara kedua temannya ini, Al yang baru sadar pun langsung mengambil kunci motornya dan langsung bergegas pergi dari sana.
"Kok lo tau sih bos? coba sini tebak pikiran gue," ujar Adit penasaran.
"Gabisa," balas Barra datar.
"Kenapa?" bingung Adit.
"Mesum semua," jawaban Barra membuat seisi ruangan itu penuh dengan gelak tawa para anggota inti SWORD, mereka selalu merasa puas jika seorang Raditya kehabisan kata-kata.
Dan disisi lain entah apa perasaan Al kali ini, merasa bodoh telah melupakan hal penting ini. Padahal ia lah yang menyuruh Naya untuk pulang bersamanya. Alden pun tiba di sekolah, ia tidak melihat keberadaan gadis itu disana, di halte pun tidak ada. Sampai dimana ia melihat sekumpulan anak kecil di lapangan dekat sekolah sedang asik bermain, ia lalu menghampirinya.
"Dek, boleh tanya?" ujarnya.
Salah satu dari bocah tersebut menoleh. "Kenapa kak?"
"Liat kakak cewe pake seragam sekolah gak?"
"Yang pake seragam banyak kak, orangnya kayak gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
EXONERATE [End]
Teen FictionRefalden Dakara, hanya seorang lelaki dengan sejuta luka, lelaki yang merasa dirinya tak begitu bermakna, dingin, datar tanpa peduli dengan sekitar. Hidupnya tak bercahaya, hanya putih, hitam, dan abu-abu saja. Kadang ia selalu bertanya-tanya, meng...