⛓
Happy reading
Alden sudah kembali sekolah hari ini, tapi kali ini ia tidak berangkat menggunakan motor, karena Arvan memaksa untuk ikut bersamanya. Al langsung memasuki kelas dengan kepala tertutup tudung jaket, sambil berjalan menunduk."Naaah babang Al masuk juga pemirsa," Sando menepuk pundak Al sedikit keras.
Barra yang melihat pun mengomelinya. "Pelan-pelan nyet!"
Sando langsung mengelus-ngelus pundak Al. "Sorry Al,lupa gue."
"Kemarin di semangatin Naya gak?" tanya Adit.
"Ngapain disemangatin, kan izin katanya," balas Aby.
Al mengerutkan keningnya tanda ia tidak mengerti dengan ucapan Adit tadi.
"Kemarin tuh ya si Naya—" ucapan Adit terpotong karena Naya tiba-tiba datang dan membekap mulutnya.
"Ember banget dah tu bibir, apa yang si Adit omongin lo anggep aja angin lewat ya Al!" sarkas Naya.
Adit lalu menyingkirkan tangan Naya. "Gustiii, bau haseum kitu eta leungen (bau asem gitu itu tangan)"
Naya menatap tajam Adit. "Gue ngerti ya bego apa yang lo omongin!"
"Mampus lo dit," ledek Aby.
***
Ke 6 lelaki ini sedang sibuk dengan urusan nya masing-masing, di tempat yang dibilang cukup luas, hanya terdapat sofa rusak dan meja kecil disana. Tapi tempat itu sudah menjadi tempat terfavorit para anak SWORD di sekolahan.
Aby datang dengan membawa 2 mangkuk mie dan juga kopi hitam.
"Udah sarapan lo?" Barra bertanya saat Al mulai menyeruput kopinya.
"Hm," jawab Al singkat.
"Tiap hari loh Al,lo ngopi item mulu sama rokok," ujar Aji
Aby pun yang sedang menyantap mie melirik ke arahnya. "Gak baek itu Al, tubuh lo udah bermasalah, dan lo mau nambahin lagi?"
Al tidak merespon apapun, ia hanya melanjutkan aksi menghisap benda bernikotin itu.
"Nanti basecamp lah," ujar Barra.
'Pulang nanti lo gaboleh kemana-mana sebelum gue datengin kelas lo'
Ucapan Arvan melintas di kepala Al, tapi ia langsung tak memperdulikannya. "Gue gak bawa motor," ujarnya pelan.
Sando lalu mengacak-ngacak rambut Al gemas. "Tenang ae Al, aing siap boncengin lo sampe ke angkasa."
"Tong lebay nyet," Adit menoyor Sando.
***
Al pulang ke rumah pukul 11 malam, ia perlahan-lahan memasuki rumahnya. Namun saat dimana ia hendak memasuki kamar, langkahnya terhenti karena di depan sana Arvan sedang berdiri memunggunginya.
"Pulang juga lo?"
Al tak menghiraukannya ia malah sibuk membuka sepatu. "Ngapain di kamar gue?"
Arvan menatapnya dingin. "Lo gak nurut sama omongan gue, untung ayah lembur. Coba kalo dia di rumah mau di maki abis-abisan lo?"
Al memalingkan pandangannya malas. "Bukannya itu udah biasa buat gue?"
Arvan benar-benar geram dengannya. "Anjing! bisa gak sih jangan batu jadi orang, lo gak tau perasaan gue kemarin waktu liat lo udah kaya orang sekarat hah!dan itupun karena ulah lo sendiri," bentakan Arvan sukses membuat Al sedikit terkejut, terakhir Arvan seperti ini saat kepergian bundanya waktu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXONERATE [End]
Teen FictionRefalden Dakara, hanya seorang lelaki dengan sejuta luka, lelaki yang merasa dirinya tak begitu bermakna, dingin, datar tanpa peduli dengan sekitar. Hidupnya tak bercahaya, hanya putih, hitam, dan abu-abu saja. Kadang ia selalu bertanya-tanya, meng...