It's one way to destroy me slowly
~Refalden Dakara
⛓Happy reading
Di sepanjang jalan Vani terus bungkam tidak seperti biasanya yang sering banyak bicara, ternyata ia diam karena ia sedang memikirkan bagaimana caranya untuk membatalkan tempat latihan untuk tidak di rumahnya."Eh Al, gausah di rumah gue deh mending di cafe depan aja," ujar Vani sedikit berteriak karena Al sedang memakai helm.
Pertama Al sedikit bingung kenapa tiba-tiba Vani membatalkan untuk tidak di rumahnya. "Kenapa?"
"Anu, dirumah lagi banyak orang, takutnya gak konsen," jawab Vani.
***
"Udah ya, itu semua yang harus lo pelajarin," ujar Vani dan Al hanya mengangguk.
"Kalo udah, gue balik," ujar Al dingin.
Al tidak sabar ingin cepat-cepat pulang dan merebahkan tubuhnya. Tapi gadis yang berada di depannya ini sedari tadi hanya mengoceh dan entah apa yang ia bicarakan, Al sama sekali tidak mengerti.
"Yaudah, gue ga bakal minta anter lo kok gue mau naek taxi jadi lo bisa duluan."
'Siapa juga yang nawarin lo'
ucap Al dalam hatinya.***
Al tidak langsung pulang ke rumah, ia justru pergi ke tempat markasnya.
"Selesai Al ngedate bareng si nyi ronggeng nya?" tanya Sando dan Al hanya memutar bola matanya malas.
"Mau minum?" tawar Aby.
"Gausah," jawabnya datar.
"Kenapa?" tanya Barra karena ia merasa ada yang aneh dengan teman nya yang satu ini.
"Malem gue tidur disini ya?" ujar Al masih dengan nada datarnya.
"Kenape lagi Al di rumah lo? bokap lo marah lagi? atau berantem ama Arvan?" tanya Adit.
"Ga sopan lo ga pake embel-embel bang" celetuk Aji.
"Lah, adi na ge saruana Ji (adiknya juga sama aja ji)."
Al mengusap wajahnya kasar dengan kedua telapak tangannya, ia tak tau harus marah kepada ayahnya yang tega menggantikan posisi sang bunda, kecewa karena ayahnya ingkar, atau harus bahagia karena ia akan merasakan kasih sayang seorang ibu lagi.
"Tenangin dulu pikiran lo, jangan terlalu banyak pikiran Al," ujar Barra pelang sambil mengelus pundaknya, karena hanya Barra lah yang mengerti keadaan nya saat ini.
Di sofa hanya terdapat Barra dan juga Alden, yang lain ada yang sibuk main PS, main hp, dan juga tidur seperti Sando.
"Dia bakalan gantiin posisi bunda bar," ucap Al lirih dan Barra masih bisa mendengarnya.
"Siapa?"
"Tante Widi,"
"Mungkin bokap lo butuh pendamping kali Al, udah lama kan dia sendirian, siapa tau kalo bokap lo kawin lo gabakal keseringan dipukul lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
EXONERATE [End]
Teen FictionRefalden Dakara, hanya seorang lelaki dengan sejuta luka, lelaki yang merasa dirinya tak begitu bermakna, dingin, datar tanpa peduli dengan sekitar. Hidupnya tak bercahaya, hanya putih, hitam, dan abu-abu saja. Kadang ia selalu bertanya-tanya, meng...