Jika dunia tidak baik
padamu, maka kamu harus
baik pada dirimu sendiri
~Barra Alexander Putra
⛓Happy reading
Alarm mulai berbunyi nyaring dari beberapa menit yang lalu, setelah suara tersebut membuat pendengaran terganggu, akhirnya si empunan terbangun dengan mata yang masih tak tahan ingin memejam kembali. Ia pergi ke kamar mandi untuk menyegarkan wajahnya dan juga bersiap untuk mandi."Alden!" suara barinton itu sukses memberhentikan langkah Al yang akan pergi ke sekolah.
"Sarapan dulu Al, udah lama loh kamu gak ikut sarapan" ujar Widi lembut, apa boleh buat kini akhirnya Al menghampiri meja makan yang terdapat ayahnya, ibu barunya, dan juga Arvan.
"Gitu dong, temenin gue," ujar Arvan so asik, dan Al hanya menatapnya sinis.
Reza menatap putranya yang sedang sibuk memainkan benda berbentuk persegi itu. Kesal, itulah perasaannya sekarang, Al masih saja tak sefrekuensi dengan keinginannya, begitu banyak perkataan yang ingin ia katakan padanya.
"Saya gabisa ikut sarapan," ujar Al dan segera bergegas meninggalkan tempatnya.
"Mau kemana kamu, ibu mu sudah cape-cape membuatkan sarapan. Tetapi kamu seenak jidat pergi begitu saja!"
"Maaf tan, ada hal yang jauh lebih penting," setelah mengatakan maaf kepada Widi, Al langsung berlalu pergi.
"KALAU KELUARGA INI GAK PENTING, GAUSAH JADI BAGIAN KELUARGA INI!!" ujar Reza sedikit berteriak.
"Yah! kok gitu sih? dia gak minta buat ada di keluarga ini, itu kemauan ayah sendiri sama bunda," balas Arvan geram, ayahnya ini terlalu bodoh untuk mengeluarkan perkataan yang seharusnya pantas atau tidak untuk dikatakan.
Jika kalian ingin tau apakah Al mendengarnya atau tidak. Ya, Al mendengarnya namun ia tak memperdulikan itu, toh ia pernah mendapatkan yang jauh lebih menyakitkan.
***
"Mana?" sesampai di warung belakang, Al langsung bertanya seperti itu.
"Bukan disini, pagi-pagi si Aji udah bonyok waktu nyampe sini. Dia dicegat di jalan sama anak-anak EAGLE," ujar Barra.
"Mana si Aji nya?" tanya Al.
"Dalem."
Al langsung menghampiri Aji yang sedang diobati, "Ji,"
"Hm?"
"Siapa aja?" pertanyaan Al membuat Aji yang sedang pusing menjadi semakin pusing.
"Hadeeh Al, yang rinci kalo nanya" ujar Adit gemas.
"Sorry, maksud gue siapa aja yang bikin lo gini?" jelas Al.
Aji menghela napas jengah. "Rival lo!"
"Lo pasti tau siapa aja mereka, dari dulu SWORD aman-aman aja gak pernah punya musuh. Dari adanya pun, itu karena lo punya masalah sama mereka! lo gatau rasanya gue dipermalukan rendahan dan gabisa ngapa-ngapain di depan mereka, kalo tadi gaada orang yang nyuruh mereka bubar. Mungkin gue udah beda alam sama lo pada," lanjut Aji sedikit membentak.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXONERATE [End]
Teen FictionRefalden Dakara, hanya seorang lelaki dengan sejuta luka, lelaki yang merasa dirinya tak begitu bermakna, dingin, datar tanpa peduli dengan sekitar. Hidupnya tak bercahaya, hanya putih, hitam, dan abu-abu saja. Kadang ia selalu bertanya-tanya, meng...