Jika ada satu permintaan,
aku hanya ingin meminta tuk
tidak dilahirkan
~Refalden Dakara
⛓Happy reading
Al kini sedang bersiap untuk pergi menjemput Naya, ia membuka kaos hitamnya yang hal itu membuat otot-otot dan juga perut kotak-kotak nya terlihat begitu mempesona, ditambah ruam-ruam yang berada di sekitar tubuhnya, entahlah itu justu terlihat sexy.Ia bergegas menuju lantai bawah setelah mengambil kunci motornya, suara panggilan telpon dari Naya terus berdering. Al pun terdiam sesaat untuk mengangkatnya.
"Cepetan Al! kayaknya bentar lagi hujan," teriak gadis itu.
"Gue berangkat sekarang," jawabnya.
Satu persatu ia menuruni anak tangga, namun saat ia tiba di lantai dasar, terdapat Reza sedang berdiri menatapnya tajam dengan baju khas kantoran yang masih melekat di tubuhnya. Ditambah raut wajah yang terlihat begitu kelelahan, tetapi masih saja terlihat menyeramkan.
"Bagus. Sejak kapan kamu pandai membolos seperti ini?" Reza berjalan perlahan menuju Al yang kini diam mematung.
"Oh, atau kamu juga sering bolos bersama teman berandalanmu itu?"
"Saya sakit," ucapan pelan namun dingin itu telah Al keluarkan.
Reza tertawa sinis. "Sakit ya? saat Arvan demam pun dia masih berangkat sekolah, tau karena apa? karena dia tidak ingin mengecewakan saya."
"Lantas saya harus sekolah dalam keadaan sedang menggigil hebat?" Al sedikit meninggikan nada suaranya.
"Harus, mau kamu memiliki penyakit mematikan pun selagi kamu masih bisa untuk terbangun, pendidikan masih tetap menjadi prioritas utama dalam keluarga ini, tidak peduli halangan apapun disaat sedang mencari ilmu. Hal ini berlaku jiga kamu masih tingga di rumah saya!"
Al takemperdulikannya ia bergegas pergi, namun cengkraman keras Reza membuatnya diam dan merintih kesakitan. "Sshhh..saya ada urusan penting jadi mohon."
"Saya juga memiliki urusan denganmu yang mesti dituntaskan sekarang. Jika kamu masih tinggal bersama keluarga saya, kamu harus menuruti peraturan saya!"
Al langsung terkekeh hambar. "Lantas saya siapa jika bukan termasuk keluarga anda?"
"Kamu hanya seorang anak yang gak berguna, bisanya membuat ulah saja, jika kamu bukan seorang anak yang dilahirkan Ratna, mungkin sedari dulu saya akan membiarkan pembunuh sepertimu untuk angkat kaki dari rumah ini. Saya tak peduli jika diluar sana kamu menjadi gelandangan, ataupun mati kelaparan. Yang jelas saya menyesal memiliki anak sepertimu Al! kamu telah membuat putri dan istri saya mati!" meskipun pelan, namun berhasil membuat Al membisu.
Al tak menyangka. Perkataan itu akan keluar dari mulut lelaki yang seharusnya menjadi panutan dalam hidupnya. "Saya tidak meminta untuk dilahirkan, justru bunda dan anda yang menginginkannya. Semua ayah di bumi ini pasti akan menguatkan anaknya jika sedang terpuruk bukan? namun apa? sosok ayah yang ada di kehidupan saya justru menjatuhkan kekuatan anaknya sendiri, saya sama sekali tidak melakukan hal yang sering anda tuduh itu, tapi kenapa anda begitu membenci saya? lantas bagaimana jika saya benar-benar melakukannya?"
PLAKK!!! satu tamparan keras Reza berikan kepada Al, amarahnya kian memuncak, ia paling tidak suka jika anaknya berani menjawab seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXONERATE [End]
JugendliteraturRefalden Dakara, hanya seorang lelaki dengan sejuta luka, lelaki yang merasa dirinya tak begitu bermakna, dingin, datar tanpa peduli dengan sekitar. Hidupnya tak bercahaya, hanya putih, hitam, dan abu-abu saja. Kadang ia selalu bertanya-tanya, meng...