Happy reading
Dengan mata yang kini sudah berubah sembab, Naya masih enggan mengalihkan pandangannya dari lelaki yang kini masih terus terpejam itu. Merasa egois, itu yang telah ia rasakan, sesekali Naya mengusap dan menggenggam tangan yang dingin itu dan berharap Al akan bangun."Maaf.." Naya terus terisak tanpa henti, setelah mendengar bahwa Al sudah hampir satu minggu terbaring seperti ini, rasanya ia benar-benar gagal pada janjinya yang akan selalu ada.
"Hei, bangun dong! lo belum nepatin janji lo buat jemput gue waktu itu, bukannya lo janji buat terus baik-baik aja supaya bisa jagain gue? tapi kenapa sekarang lo gini. Pacar lo jahat banget ya Al? sibuk ngurung diri berhari-hari padahal itu gak ada gunanya, gue malah marah sama lo karena gaada disaat gue butuh, tanpa sadar disini lo justru lebih butuh gue Al," Naya mulai mengecup-ngecup punggung tangan Al dengan air dari mata yang terus turun.
"Banguun pleaass..gue gasuka liat lo gini..hiks.."
"Nay!" Suara itu membuat Naya langsung menoleh ke arah pintu yang kini terdapat Arvan disana.
Naya langsung berdiri dan sedikit berlari menghampiri Arvan, ia memeluknya. "Kak..dari kapan dia gini? karena apa? dipukul om Reza lagi, atau kecelakaan waktu jemput gue, atau apa?" sewot Naya.
Arvan memundurkan tubuh Naya dan mengajaknya untuk duduk di salah satu sofa. "Dipukul ayah, itu salah satunya. Waktu dia mau berangkat jemput lo, gue gaada dirumah waktu itu. Waktu gue balik, bi Mina bilang dia abis di siksa lagi sama ayah, tapi waktu gue cek, dia justru baik-baik aja lagi tiduran. Entah kenapa saat gue ngocehin dia supaya selalu terbuka sama gue, dia tiba-tiba kejang gitu aja, sampe sini pun dia hampir ngalamin kejang beberapa kali, akhirnya bokap lo bilang kalo Al koma."
"Kita sekarang keluar dulu ya, perawatnya bilang dia udah bisa di pindahin ke ruang rawat, katanya Al udah berhasil ngelewatin masa kritisnya," Arvan membawa Naya untuk pergi keluar.
"Kak, jadi dia gatau soal kejadian yang dialami gue? tega banget sih mereka, Al gatau apa-apa tapi mereka bisa-bisanya nuduh cowok bajingan itu si Al," gumam Naya sedikit kesal.
"Syukur kalo lo ngerti, lo kasian kan sama si Al? gue minta lo buat bilang sama mereka kalo cowok itu bukan adek gue, gue gamau sampe Al bangun nanti dia langsung dapet berita kayak gitu,"
Naya sedikit bingung. "Kenapa gaboleh tau?"
"Kejadian yang lo alamin, sama persis dengan kejadian Dena waktu itu. Dan lo tau? setelah kejadian itu dia dituduh sama Deon yang masih dendam sampe sekarang, dia jadi merasa bersalah besar, lo mau hal itu terulang lagi Nay?" Naya langsung menggeleng.
"Biarin dia tau sendiri, tapi jangan di waktu deket ini, gue gamau terjadi sesuatu lagi sama dia," lanjut Arvan lirih.
***
Satya menghampiri mereka berdua, Al telah di pindahkan ke ruang rawat, alat-alat medis di tubuhnya pun sudah terlepas, hanya tersisa infusan saja di lengannya. Awalnya Satya merasa bersalah telah mengajak putrinya kemari dan harus mendapatkan hal menyedihkan lagi, tapi setelah Satya mengetahui tentang kejadian yang menuduh bahwa cowok itu Al, akhirnya ia yakin untuk harus mengungkapkan kebenarannya pada Naya.
"Naya marah sama papi, kenapa papi gak bilang kalo akhir-akhir ini sebenernya papi sibuk ngurusin pacar Naya, kalo gitu Naya gabakalan ngurung diri dalam kesedihan sampe gak sekolah, mendingan aku kesini nangisin Al."
"Ko nangisin si Al? adek gue gabutuh tangisan lo, butuhnya doa," celetuk Arvan tanpa menyadari di hadapannya terdapat Satya.
"Eh om, maaf," ujar Arvan dengan cengiran.
"Yaudah sana temenin Al nya sampe bangun, bilang papi kalo udah siuman," Satya pun melengos pergi meninggalkan mereka berdua.
Waktu sudah menunjukkan jam 11.00 malam, Naya kini tertidur dengan kepala yang ditidurkan di atas lengan Al, Arvan sudah tertidur pulas di sofa. Sampai dimana Naya tiba-tiba terbangun karena merasakan haus pada tenggorokannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXONERATE [End]
Novela JuvenilRefalden Dakara, hanya seorang lelaki dengan sejuta luka, lelaki yang merasa dirinya tak begitu bermakna, dingin, datar tanpa peduli dengan sekitar. Hidupnya tak bercahaya, hanya putih, hitam, dan abu-abu saja. Kadang ia selalu bertanya-tanya, meng...