Chapter 50: AJI DAN EGONYA

1.5K 132 17
                                    

Untuk apa menyuruh saya
menjaga ucapan?
jika ucapan dirinya saja
tidak bisa dijaga
~Arvanio Andreas

Happy reading
Kelas masih sibuk dengan berita vidio yang sedikit mencengangkan seluruh siswa angkatan kelas 11, dan yang mungkin sekarang vidio tersebut telah diketahui oleh kelas 12 ataupun 10.

"Lo masih aja Bar belain tu orang? dia udah keterlaluan Bar!" Barra langsung menatap Aji tajam, dan Aji pun membalasnya tak kalah tajam

"KARENA DIA TEMEN GUE BANGSAT!!!" suara Barra yang begitu menyeramkan, seisi kelas seketika membisu sambil menatapnya terkejut.

"Tenang Bar, ini bukan waktunya buat ribut. Kita belum tau kan itu cowo beneran si Al ato engganya. Mau kalian saling bunuh pun gaada gunanya, vidionya udah kesebar dan gabakalan bisa mundurin waktu ke waktu kejadiannya supaya kita bisa tolongin Naya," Adit yang biasanya selalu bercanda dalam segala hal namun kini berkata begitu serius.

"Bar, gue cuma mau nanya. Kalo ceweki itu si Sheril dan cowo itu si Al, apa lo masih bakalan bersikap kayak gini?" lagi dan lagi Aji membuat mereka gemas ingin mengelem mulutnya.

"Ji udah Ji, bisa gak? tolong tuh bibir diem untuk hari ini aja?" Sando sudah terlanjur geram dengan kelakuan Aji.

"Gue benci Naya diperlakuin kayak gitu, gue terlanjur benci sama dia," lirihnya.

"Kita juga marah Ji, tapi dengan lo nuduh cowo itu si Alden, itu justru kesalahan besar. Lo—" ucapan Aby terjeda.

"Apa By? temen yang jahat? justru dia lebih jahat sama gue," begitu yakin dengan pendiriannya Aji berlalu setelah mengucapkan perkataan itu.

Setelahnya mereka hanya diam dengan pikirannya masing-masing, kini pastinya yang sedang mereka pikirkan hanya siapa lelaki itu? dan kenapa baju yang dikenakan juga helmnya begitu percis dengan milik Al? Disisi lain mereka pun mencari cara untuk menemui siapa orang yang berani menyebarkan vidio tersebut.

***

Di sebuah rumah mewah bak seperti kastil, kini terdapat dua orang remaja yang tengah duduk tegap di depan seorang pria paruh baya dengan berpakaian jas rapih seperti seorang pengusaha.

"Jadi, siapa kamu?"

"Gini om, ini teman saya dia juga sama mempunyai dendam terhadap Al. Kami berdua berhasil melakukan hal yang mungkin bisa saja membuat orang di sekitarnya perlahan menjauh, dan hal itu pasti akan mempermudah rencana kita om," penjelasan Deon mampu membuat pria tua itu menyunggingkan bibirnya.

"Bagus, kamu sangat cocok jika menjadi menantu saya, Deon." Deon hanya tersenyum malu sekaligus senang dengan hal itu.

"Dan kamu, saya harap kamu bisa membatu rencana ini," lanjutnya kepada remaja yang satunya.

***

Sheril sedari tadi terus membujuk Naya untuk mengizinkan dirinya memasuki kamar, Sheril dan kedua temannya terpaksa membolos demi melihat keadaan Naya saat ini, ia takut jika Naya melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.

"Nay..pleass buka pintunya," ujar Sheril memelas.

"Mendingan buka aja Ril, gue takut dia kenapa-napa," Aca benar-benar khawatir kali ini.

EXONERATE [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang