Happy reading!
"AL!! LEPAASS!!!" Arvan yang sedari tadi berada di samping panggung, tak menyangka dengan apa yang dilakukan Al kepada gadis yang selama ini ia sukai, lantas Arvan pun pergi menghampirinya.
"Ikut gue!" terkesan begitu dingin, nada itu terakhir kali Al dengar saat ia sedang begitu terpuruk dan kini harus kembali terdengar, para siswa yang semula serius seketika bingung dengan keaadaan sekarang.
"Dia biang nya Van!" ujar Al sedikit tegas.
"Elo! semua ucapan dia bener, dan semua itu karena lo!" bentaknya, Al tentu saja kecewa, tak menyangka kakaknya itu akan berkata demikian. Namun Vani, ia cukup merasa senang dengan ucapan itu.
"See? Kalian pasti tau kan orang yang gue maksud tadi," seru Vani kepada semua orang setelahnya, lalu mereka berdua meninggalkan tempat itu, disusul Vani yang beranjak pergi begitu saja.
"Baik, mohon maaf atas ke tidak nyamanannya, mari kita saksikan acara selanjutnya yaitu ada sebuah sumbangan lagu nih dari anak kelas sepuluh," lanjut MC merasa tak enak.
Naya melihat semua kejadiannya, dan mendengar semua perkataan di depan sana tadi, air mata itu kembali turun, merasa sakit juga benci dalam waktu bersamaan. Mengapa begitu teganya gadis itu mempermalukan Al di depan semua orang, ia tak tau bagaimana perasaan Al mendengar itu semua, ditambah Arvan yang kembali memberi luka. Naya langsung berlari mengikuti arah Arvan yang terus menarik Al entah kemana, juga disusul Barra dan lainnya.
Arvan terus menariknya, cengkraman pada lengan Al begitu kuat, tanpa menyadari bahwa akibat dari itu akan berdampak penting bagi Al. Ia ajak lelaki itu ke tempat yang sedikit sepi, lalu ia melepas cengkramannya dan beralih dengan mengangkat kerah kemejanya.
"GOBLOK!! siapa yang ngajarin lo buat ngelakuin hal itu sama cewek, bangsat!" Al hanya terkekeh setelah mendapatkan perlakuan ini.
"Dari awal gue cuma nganggap biasa aja waktu lo nolak penyerahan tadi, tapi setelah lo kasar sama Vani, lo bener-bener udah keterlaluan Al!"
"Dia pantes dapetin itu," bantah Al.
Bugh!!
"Bang udah!" teriak Barra saat baru saja tiba, entah kapan lelaki itu dan keempat temannya datang, mereka langsung tercengang melihat Arvan yang begitu diselimuti amarah.
"Pantes? pantes dari segi mananya, justru lo yang pantes dapetin perlakuan itu dari gue, karena berani-beraninya lo lakuin itu sama dia,"
"Lo gatau siapa orang yang dia maksud Van? atas dasar apa lo bela tu cewek? cinta?" tanya Al sinis.
"Gue gapeduli soal itu, yang paling gue gasuka itu perlakuan lo tadi Al! gak ngerhagain orang."
"UDAH GUE BILANG DIA PANTES DAPETIN ITU!! Bahkan lebih!" Naya yang hendak menghampiri mereka pun, diam saat mendengar teriakan Al.
Bughh!!bugh!!
Semakin beringas, pukulan demi pukulan berhasil Arvan layangkan kepada Al yang sama sekali belum siap untuk itu semua. Temannya pun hendak melerai, namun mereka rasa tak perlu ikut campur untuk saat ini, ditambah Barra yang mencegahnya.
"GUE SUKA SAMA DIA ANJING!!" benar saja, Arvan selama ini memiliki rasa terpendam terhadap Vani, pantas saja ia begitu marah hanya karena hal seperti ini.
"Dan dengan bodohnya lo! waktu dia terus ngejar lo, gue selalu berusaha buat rela nyerahin dia, tapi apa? lo gapernah lirik dia sedikitpun Al, sama sekali engga sampe dia nangis karena lo pun, cuma gue yang bisa nenangin, dan teganya lo malah pacaran sama Naya."
"Dia pacarnya Deon Van.." ujar Al lirih, karena merasa tak kuat dengan pening yang tiba-tiba menderanya, terasa seperti ingin pecah namun Arvan tetap tak menghiraukan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXONERATE [End]
Novela JuvenilRefalden Dakara, hanya seorang lelaki dengan sejuta luka, lelaki yang merasa dirinya tak begitu bermakna, dingin, datar tanpa peduli dengan sekitar. Hidupnya tak bercahaya, hanya putih, hitam, dan abu-abu saja. Kadang ia selalu bertanya-tanya, meng...