Now, you're my favorite
notification
~Anaya Aretha Rumi
⛓Happy reading
"Kenapa hidup dia harus kayak gini kak?padahal sebelum dari itu dia nembak gue loh, dia seneng-seneng sama gue setelah nyatain cintanya. Semalem itu, untuk pertama kalinya dia jatuh cinta, berarti itu hari bahagianya kan? tapi kenapa harus kaya gini?" Naya berkata dengan air mata yang terus mengalir, dan Arvan menjadi merasa bersalah dengan semua ini."Nay.." suara lirih itu sukses mengambil perhatian mereka berdua.
"Al..iya gue disini lo butuh sesuatu?" tanya Naya sambil mengelus-ngelus kepalanya, Al hanya bisa menjawab dengan mengangguk lemah.
"Apa?" tanya Naya parau.
"Jangan nangis," ujar Al lirih, setelah itu dengan cepat Naya menghapus air matanya dan langsung tersenyum manis kepada Al.
"Gue gak nangis kok."
Al menatap kearah Arvan, seketika tatapannya berubah tajam nan dingin. "Van."
"Apa?"
"Keluar!" bentaknya.
"Al, untuk hal ini gue gak maksud bua—"
"KELUAR!" Al berteriak begitu menyeramkan, padahal ia baru saja siuman. Naya yang berada di dekatnya pun mengelus-elus pundaknya pelan, karena teriakan itu mampu membuat napas Al sedikit memburu, dan untuk Arvan, ia hanya bisa pasrah dan pergi dari kamar tersebut.
***
"Sudah selesai dramanya?" Reza berkata seperti itu tiba-tiba saat Al datang dengan seragamnya dan mulai menduduki meja makan.
"Mas, udah deh jangan mulai. Al baru aja sembuh kan," ujar Widi menenangkan.
"Selesai, saya harap anda tidak menambah-nambah drama aneh lagi kepada saya," jawab Al datar.
"Al," ujar Arvan.
Al melirik ke arah Arvan. "Dan lo!berhenti lakuin drama so baik lo itu, gue gabutuh."
"Tidak dengan saya, tidak dengan abangmu masih saja tidak sopan. Sengaja? supaya orang menilai bahwa saya selalu mengajarkan tentang kesalahan padamu, HAH?!"
"Tapi anda tidak pernah mengajarkan kebenaran pada saya!" jawaban Al sukses membuat Arvan dan juga Widi terkejut, mereka berharap tak akan ada perdebatan setelah ini.
"Udah Al, ayo berangkat," Arvan mencekal lengan Al untuk pergi dengannya, dengan cepat Al menepisnya kasar.
"DIEM LO!" Al membentak Arvan, dan Reza yang melihat dengan mata kepalanya sendiri pun langsung menghampirinya.
"REFAL!!" Itu adalah nama panggilan yang selalu Reza berikan kepadanya sewaktu ia kecil saat ia sedang memanjakannya, namun kini ia kembali menyebut nama itu saat ia marah kepadanya.
Bugh..bogeman langsung Reza layangkan, Al memegang pipinya dan menatap Reza beberapa saat, setelanya ia langsung pergi meninggalkan mereka yang mematung dengan pikirannya masing-masing.
***
Unknow
Di depanWho?
KAMU SEDANG MEMBACA
EXONERATE [End]
TienerfictieRefalden Dakara, hanya seorang lelaki dengan sejuta luka, lelaki yang merasa dirinya tak begitu bermakna, dingin, datar tanpa peduli dengan sekitar. Hidupnya tak bercahaya, hanya putih, hitam, dan abu-abu saja. Kadang ia selalu bertanya-tanya, meng...