Chapter 43: SOURCE OF TROUBLE

1.2K 115 23
                                    

Prinsip hidup saya, terus bersikap
untuk seolah baik-baik saja
~Refalden Dakara

Happy reading
berdua akhirnya tiba di kediamannya masing-masing, namun ada perbedaan di antara keduanya. Naya sudah memasuki rumahnya, tetapi Al kini masih berada di luar, berpikir cara untuk memasuki rumahnya. Dan kini Al kepikiran untuk kembali masuk melalui jendela kamarnya.

Brughh..

Ia berhasil mendarat sempurna, tapi.. "Heh, bocah!" Al sedikit terkejut dengan suara yang datang secara tiba-tiba di situasi kamarnya yang gelap.

"Ngapain lo?" tanya Al saat tau siapa orang yang tadi berbicara.

"Harusnya gue yang nanya, lo ngapain masuk dari jendela malem-malem gini? latihan jadi maling?" sewot Arvan dengan melipatkan kedua tangannya di depan dada.

"Keluar! gue mau tidur."

"Ko gue gak denger suara motor lo ya, kemana? di lelang karena ayah nyita kartu kredit lo?" Al langsung mendorong tubuh tersebut untuk segera keluar dari kamarnya.

"Motor gue di bengkel, keluar!" bentak Al menyeramkan.

***

Di warung belakang kini ke enam lelaki itu berada, mereka sepakat untuk bolos bersama setelah mendapat kabar bahwa guru yang akan memasuki kelas sedang rapat. Hanya tempat inilah yang mereka hampiri, masing-masing dari mereka sibuk menghisap rokoknya, terkecuali Aji dan Aby. Jika Aji memang anti dengan rokok, tetapi Aby telah membuat perjanjian  dengan Aca untuk tidak merokok.

"Motor lo mana Al? di gadein?" tanya Sando.

"Bengkel," sahut Al.

Uhuk..uhukk..

Suara batuk yang sedikit terdengar menyakitkan itu keluar dari mulut Al saat ia sedang menghisap rokok tersebut, dengan cepat Barra mengambil rokok itu dan membuangnya.

"Cari mati? lo udah ngisep lima batang!" ucap Barra tegas.

"Anjir lima? aing aja dua belum beres-beres ini," celetuk Adit.

"Bi!" ujar Al kepada bi Ati.

"Gimana Al?" bi Ati pun menghampirinya.

"Kop," bi Ati hanya memberi jempol sebagai tanda siap, namun langkahnya terhenti saat Barra kembali memanggilnya.

"Bi susu coklat aja!"

"Yang minum gue bukan lo," ujar Al dengan dingin kepada Barra.

Pada akhirnya Al sama sekali tidak meminum susu coklat itu, justru Aby lah yang meminumnya. Aji hanya menatap Al sedikit tak suka, mengapa ia begitu terlihat seperti di istimewakan di perkumpulan SWORD ini oleh Barra, seolah Barra benar-benar memperlakukan Al seperti adiknya, padahal Al lah salah satu anggota yang sama sekali tidak pernah menghargai Barra dan paling  berani kepadanya.

***

Empat hari telah berlalu di saat terakhir dimana hari yang begitu melelahkan Al dan juga Naya lewati. Kini Al sudah kembali berangkat ke sekolah dengan motornya, juga hukuman ayahnya telah berakhir. Namun akhir-akhir ini Al merasa seperti ada yang mengawasi kemanapun ia pergi, meski ia tetap mencoba untuk tidak memperdulikannya.

EXONERATE [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang