Ini hanya sekedar hari buruk bagiku, tapi justru aku memikirkan bagaimana keadaanmu dengan hidup yang selalu saja buruk
~Anaya Aretha Rumi
⛓Happy reading
Jam pelajaran selesai, beberapa siswa sibuk dengan kegiatannya masing masing, termasuk eskul salah satunya. Barra, Aji, Adit, dan juga Al kini sedang pergi menuju lapangan basket indoor belakang sekolah."Ini kita udah berapa kali kaga ikut latihan yak?" Aji hanya mengangkat pundaknya tidak tahu dengan jawaban dari pertanyaan Adit.
"Si Al mana?" lanjut Adit.
"Lagi ganti baju kali," balas Barra dan mereka berdua pun pergi menghampiri anggota basket lainnya.
Dilain sisi Sheril,Lala dan Aca berpamitan kepada Naya untuk pulang terlebih dahulu, karena Naya akan melakukan eskul musiknya dan setelahnya menunggu Al latihan basket.
"Kita duluan ya Nay," ujar Lala.
"Heem."
"Bye bestie, hati-hati nanti pulangnya,"lanjut Aca lalu Naya hanya menjawab dengan anggukan dan tersenyum.
Para anggota tim basket Trisakti kini sudah mulai berlari mengelilingi lapangan sebagai latihan fisik, awalnya bang Geri alias pelatihnya akan melakukan permainan untuk pertemuan sekarang. Namun, kali ini melatih fisik lah yang ia tugaskan, selain untuk membuat mereka kuat, juga untuk persiapan pertandingan dua minggu lagi.
Selain berlari, mereka pun melakukan gerakan dasar dengan cara berestafet, juga melakukan sit up,dan push up. Bagaimana tidak kewalahan, ada beberapa yang sudah mengeluh namun dengan meminta istirahat pun bang Geri tidak akan memberi mereka izin.
"Lo oke, Al?" entah siapa orang yang bertanya tadi saat ia berjalan sedikit gontai menuju jajaran akhir, Al hanya sayup-sayup mendengarnya. Bukan tidak melihat, Al hanya sedang sibuk dengan pening yang kembali menghunjam kepalanya, suara yang terkesan mendengung di telinganya.
Barra lalu pergi untuk menghampiri Al, karena ia merasa ada yang tidak beres melihat dengan rona pucat wajahnya dan juga Al yang seperti tidak mendengar pertanyaannya tadi.
"Istirahat sana, gue gamau ya lo tepar disini," ujarnya tegas.
"Gue gapapa."
"Barra, Alden. Ngapain kalian ngobrol, fokus!" teriakan itu berasal dari sang pelatih yang sedari tadi memperhatikan gerak gerik kedua anak lelaki ini.
"Bang Geri gaakan ngasih izin, gue juga gabakalan mati kali Bar, udah sana!" Barra hanya menghela napas kasar, sungguh temannya yang satu ini adalah manusia paling keras kepala yang pernah ia temui.
Setelah selesai melakukan eskul musiknya, Naya langsung pergi menuju lapangan indoor untuk menemui Al. Untuk pertemuan eskulnya kali ini memang sedikit singkat, hanya memerlukan waktu kurang dari satu jam karena sang ketua akan mengadakan rapat OSIS.
'Si Al yang mana sih, bajunya sama semua' batin Naya dari arah kursi penonton yang sedang mencari keberadaan Al, dan akhirnya Naya berhasil menangkap keberadaan si empunan.
Latihan selesai, setelah melakukan pendinginan masing-masing dari mereka pergi, ada yang pergi untuk mengganti baju dan ada pula yang masih berdiam diri untuk beristirahat. Naya yang sibuk dengan benda perseginya pun tidak sadar bahwa latihan telah selesai, ia lantas turun untuk mencari Al.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXONERATE [End]
Teen FictionRefalden Dakara, hanya seorang lelaki dengan sejuta luka, lelaki yang merasa dirinya tak begitu bermakna, dingin, datar tanpa peduli dengan sekitar. Hidupnya tak bercahaya, hanya putih, hitam, dan abu-abu saja. Kadang ia selalu bertanya-tanya, meng...