Berperilaku bodoh didepan
orang cuek itu, merasa ingin
mengubur diri hidup-hidup
~Anaya Aretha Rumi
⛓Happy Reading
"Alden," suara barinton itu sukses membulat langkah Al terhenti, ia melirik ke arah Reza yang sedang berada di meja makan."Apa?"
"Duduk, kamu harus ngehargain ibu kamu yang udah cape-cape buat sarapan ini!" Al menghampiri meja makan itu terpaksa.
"Muka kamu kenapa lagi Al?" Widi penasaran dengan lebam-lebam diwajah Al.
"Paling juga berantem yang gaada untungnya itu," potong Reza nyeleneh.
Arvan menatap intens luka-luka itu, "Baru aja tuh muka mulus kemaren."
"Contoh Arvan, belajar yang jadi nomor satu bukan tawuran," celetuk Reza kembali, Al hanya bisa terdiam.
"Udah mas," ujar Widi menenangkan.
"Kalo saya belajar, memang anda bakalan peduli?" balas Al dingin, yang membuat Reza makin geram dengannya.
"SAYA MENYEKOLAHKAN KAMU UNTUK BELAJAR! KALO TIDAK, MAU JADI APA KAMU NANTI HAH?PENGANGGURAN? GELANDANGAN? ATAU MEMALUKAN NAMA KELUARGA?" amuk Reza dengan tangan yang kini terkepal kuat.
"JADI MAU ANDA INI APA HAH?!" kali ini Al tak tinggal diam, ia terlalu kesal saat Reza membawa-bawa masa depannya, ayahnya bukan Tuhan, jadi tidak ada hak dirinya berbicara seperti itu.
"KELUAR DARI GENG YANG GAK GUNA ITU! mereka membawa pengaruh buruk untuk masa depan kamu."
"Gabisa, cuma mereka sumber kebahagiaan saya," ujar Al pelan namun tajam, lalu ia pergi meninggalkan mereka bertiga dengan perasaan yang entahlah, sulit sekali tuk diartikan.
"Ayah, bisa gak sih sekali aja biarin Al tenang kalo lagi disini. Apa sih mau ayah dari dia? belajar kan supaya ngebanggain keluarga ini? ayah gak tau dia selalu juara kelas? olimpiade kemarin juga dia menang kok. Jadi tolong, tolong biarin dia cari kesenangannya sendiri, bunda pasti kecewa yah kalo kelakuan ayah kayak gini," setelah mengatakan itu, Arvan pergi meninggalkan Reza dan juga Widi yang masih mematung dengan pikiran mereka masing-masing.
***
Saat Al keluar dari pagar rumah dengan motor hitam miliknya, tiba-tiba ada seorang gadis yang sedang beridiri menatapnya dengan senyuman yang begitu manis. Al melirik gadis itu dari atas hingga bawah seperti sedang menginterogasi.
"Kenapa? ada yang salah dari gue?" tanya Naya heran.
"So imut lo!" ujar Al meledek.
"Makasih, gue emang imut," setelahnya Al memajukan motornya, seketika Naya langsung memberhentikannya.
"Tunggu ger."
"Apa?"
"Kalem dong, masih pagi udah emosi sarapan apaan sih? gue cuma mau ikut lo bareng ke sekolah, boleh ya?"
"Gak!"
"Mobil gue lagi di modif, please nanti di sekolah lo boleh minta gue apa aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
EXONERATE [End]
Teen FictionRefalden Dakara, hanya seorang lelaki dengan sejuta luka, lelaki yang merasa dirinya tak begitu bermakna, dingin, datar tanpa peduli dengan sekitar. Hidupnya tak bercahaya, hanya putih, hitam, dan abu-abu saja. Kadang ia selalu bertanya-tanya, meng...