"Terima! Terima! Terima!"Rebecca mengerjap terkejut, beberapa anggota keluarga Azka berada di belakang laki-laki itu sambil bersorak untuk Rebecca menerima lamaran dari Azka.
Yang paling heboh adalah Zero, laki-laki itu kini memegang spanduk besar yang bergambar Azka dan Rebecca saat liburan bulan lalu. Laki-laki itu berteriak dengan semangat layaknya saat menonton pertandingan sepak bola.
"Kau melamarku?" Tanya Rebecca tidak percaya. Matanya membulat membuat Azka gemas untuk mencium wajah Rebecca.
"Kau mau menolak? Akan kupastikan itu tidak terjadi"
"Lalu Kania?"
Wajah Azka berubah datar, laki-laki itu benci jika nama Kania disebutkan saat mereka sedang bersama.
"Jika Aku melamarmu dan mengajakmu kepada hubungan yang serius, apa yang masih Kau ragukan Rebecca?"
"Tapi—"
"Kau mencintaiku 'kan?"
Rebecca menelan ludah kasar, pertanyaan ini sangat ia hindari. Wanita itu membasahi bibirnya dan bola matanya bergerak ke segala arah, menghindari tatapan Azka yang mengintimidasi.
"Aku mau"
"Ulangi, Aku kurang dengar"
"Aku mau menikah denganmu, Azka"
"Katakan juga kalau Kau mencintaiku"
Rebecca merasa darah yang mengalir di tubuhnya mendidih. Dia benar-benar tidak berani menatap Azka. Laki-laki itu mengulum bibir menahan tawanya yang akan meledak, Rebecca bukan wanita pemalu seperti sekarang ini.
"Aku mencintaimu Azka"
"Aku juga mencintaimu Rebecca"
Kedua orang yang saling menyatakan cinta itu bisa merasakan detakan jantung mereka yang terasa dua kali lebih cepat.
Tasya memegang dadanya merasa akan pingsan, kedua pasangan dihadapannya terlalu imut dan dia menginginkan hal tersebut. Arka disampingnya menatap datar Tasya yang menurutnya terlalu berlebihan.
"Kau mau dilamar seperti itu?" Tanya Arka yang dijawab gelengan oleh Tasya.
"Lalu kenapa reaksimu sampai begitu?"
"Gemas tentu saja, Aku ingin lamaran yang anti mainstream"
Detik itu juga otak pintar Arka mulai berfikir sesuatu yang antimainstream seperti Tasya ucapkan. Tapi lama-kelamaan otak pintarnya terasa mengepul karena Arka tidak berpikir dengan baik.
Apa ya? Gumam Arka sampai dia pusing.
***
Hari pernikahan Azka dan Rebecca akan dilaksanakan satu minggu ke depan, mendahului Evin dan Aura yang sudah berencana menikah satu bulan ke depan. Sangat mendadak sehingga mengejutkan teman-teman Azka yang laki-laki itu undang untuk datang ke acara pernikahannya.
Reuni SMA yang sering dilaksanakan satu tahun sekali kini berubah karena sang mantan fakboy SMA Casio dulu mengundang mereka untuk reuni kedua kali di tahun ini. Dengan tujuan mengundang teman-temannya tentu saja.
Dua puluh lima orang, dua puluh enam dengan Rebecca. Mereka semua berada di restoran yang Azka sewa untuk hari ini agar tidak ada orang lain yang risih dengan keberadaan teman-temannya yang kalem.
Kalian tahu restoran apa itu?
Restoran Italy, dimana tempat Kania bekerja disana. Azka sengaja melaksanakan tempat reuni disana agar dia bisa bertemu dengan Kania. Bukan untuk mengajak kembali, tapi berusaha untuk menjelaskan kesalahpahaman lima tahun lalu.

KAMU SEDANG MEMBACA
3A
Teen FictionArka, kakak pertama di antara mereka bertiga. Tampan, cuek, pintar, sayang Aura. Azka, kakak kedua. Tampan, jahil, fucekboy, sayang Aura. Aurora, atau sering dipanggil Aura. Si bungsu kesayangan keluarga dan kakak-kakaknya. Apapun permintaannya, s...