Arka menatap mobil yang mulai keluar dari wilayah mansion, sepasang mata yang terlihat datar tapi menyimpan rasa kesedihan dan kehilangan. Tidak tahu sampai kapan, Tasya akan kembali kepadanya.Bisa saja Arka egois dengan tidak memperbolehkan Paman dan Tante Tasya itu untuk tidak membawa Tasya ke Jepang, tapi itu tidak mungkin. Mereka lebih berhak terhadap Tasya dari pada dirinya.
Aura yang bergelantungan di punggung Arka hanya bisa menghela nafas karena dia juga merasa sedih. Satu minggu yang lalu keberadaan Tasya membuatnya jadi lebih bersemangat dan tidak malas. Karena dia bisa menyombongkan sesuatu yang tidak bisa Tasya lakukan, katakan saja Aura jahat.
Azka menghela nafas kecil, tidak ada lagi orang yang bisa menjadi bahan bulian dari mulutnya. Kecil-kecil seperti itu bisa membuat mood seorang Azka naik.
"Kalian kenapa sedih? Kalo kangen Tasya tinggal nyusul aja ke Jepang. Sok-sokan sedih" Nyinyir Zero. Laki-laki itu berteriak saat seseorang menjewer kupingnya dengan keras.
"Sakit, kenapa sih?" Zero menoleh kearah Violet sambil melotot kecil.
"Budek? Tadi Tasya bilang dia yang bakal kembali kesini sendiri."
"Gak boleh nyusul Tasya?"
"Hooh"
"Kenapa emang?"
"Gak tau"
"Hmm"
Violet melirik sinis Zero, suaminya sedang tidak normal hari ini.
Arka menghela nafas lelah, membenarkan posisi gendongan Aura kemudian berjalan menuju sofa, Aura mengeratkan pegangannya ke leher Arka sambil memejamkan mata.
"Aura mau es krim vanila"
Beberapa Rinda datang membawa nampan yang berisi berbagai macam es krim rasa vanila dengan berbeda merek. Mata Aura berbinar cerah, mengambil tiga cup es krim vanila dengan cepat. Arka dan Azka langsung meliriknya karena mengambil tiga es krim sekaligus.
"Satu aja, nanti pilek kalau kebanyakan" Ucap Azka dengan nada lembut. Mencoba meyakinkan adiknya untuk hanya mengambil satu es krim.
"Aura mau tiga!" Aura memeluk tiga es krim sambil menggeleng cepat.
"Satu atau enggak sama sekali?" Arka menatap Aura dengan tatapan datar, dengan raut sedih Aura menaruh kembali dua cup es krim ke nampan.
Suasana hati Arka sedang tidak baik, lebih baik Aura menurut dan tidak membuat Arka semakin sedih.
Azka menghela nafas, menatap Aura yang memakan es krimnya dengan pipi menggembung.
"Mau ikut Kak Azka gak?" Tawar Azka yang membuat Aura berbinar.
"Beli burger?"
"Gak, mau ke rumah Kania"
"Ikut!!"
"Ayo"
Aura berlari mengambil sepatu baru dan memakainya, kemudian dia menggandeng lengan Azka dan berjalan keluar mansion.
"Jangan pulang malam-malam, Mommy titip beliin lancashire hotpot ya"
"Okay Mommy"
"Ini Kamu kasih ke orang tua Kania ya" Violet memberikan tas yang berisi uang dan perhiasan Violet yang tidak lagi terpakai, atau bisa dibilang bekas.
"Loh Mommy, ini perhiasan beli kemarin deh kayaknya?"
"Mommy udah gak suka, udah sana berangkat"
KAMU SEDANG MEMBACA
3A
Teen FictionArka, kakak pertama di antara mereka bertiga. Tampan, cuek, pintar, sayang Aura. Azka, kakak kedua. Tampan, jahil, fucekboy, sayang Aura. Aurora, atau sering dipanggil Aura. Si bungsu kesayangan keluarga dan kakak-kakaknya. Apapun permintaannya, s...