"TASYA!!!"Arka berteriak memanggil Tasya saat menemukan wujud gadis itu sedang duduk di pinggir trotoar dengan wajah menekuk. Tasya menoleh malas kearah Arka, membuat laki-laki itu tercenung karena merasakan tatapan berbeda dari gadis kecil itu.
Jika biasanya Tasya selalu menatapnya penuh binar, kini hanya tatapan malas dan bosan yang Arka terima.
"Oh? Mau kembaliin burger ya? Makasih udah repot-repot nganter"
Tasya berdiri, mengambil kantung McD yang berisi burger pesanannya kemudian menoleh kearah kanan dan kiri.
"Woi! Leo! Disini!"
Tasya melambaikan tangan kanannya kepada pengendara motor
Ecosse FE Ti XX. Motor seharga Rp3,9 miliar itu berhasil menarik perhatian Arka dan juga si pengendara."Tumben banget minta tolong?" Pengendara motor yang Arka ketahui namanya Leo itu melepas helm yang ia gunakan, menyisir rambutnya kebelakang menggunakan sela-sela jarinya.
"Gak boleh?"
"Boleh kok, boleh banget" Leo nyengir, beralih menatap Arka yang juga menatapnya tanpa kedip.
Leo mengerjap, remaja itu giliran menatap Tasya, kemudian menatap Arka lagi.
"Oh, hal-"
"Ayo antar Aku pulang. Makasih kak burgernya"
Tasya melompat dan duduk di motor Leo dengan wajah datar, berbeda dengan Leo yang hampir kehilangan keseimbangan karena ulah Tasya.
"Ayo" Leo mengangguk, menunduk kecil kepada Arka sebagai tanda pamit.
Arka tersenyum tipis kepada Leo, menatap kepergian Tasya dan Leo denga pandangan datar, seperti biasanya.
Arka mengedik acuh, berjalan santai menuju mobilnya dengan bersiul kecil. Dia ingin segera sampai ke rumah, kemudian tidur.
---
"Azka pulang!!"
Azka duduk di sofa dengan hela nafas, menyandarkan kepalanya ke bahu Aura yang asik membaca koran dengan sheetmask yang menempel di wajahnya.
"Gimana kencannya?" Tanya Aura, membalik halaman koran yang sudah ia baca.
"Kepo"
"Dih"
"Ra"
"Hm?"
"Kania besok satu sekolah sama kita"
Aura menoleh kearah Azka dengan gerakan lambat dan wajah datar, sedetik kemudian berubah menjadi binar cerah dan teriakan melengking.
"Yes! Bisa ngobrol sampai puas!"
Aura melepas sheetmask yang hampir kering itu kemudian melemparnya ke sembarang arah. Salah satu pelayan segera mengambil sheetmask yang tergeletak di lantai itu kemudian membersihkan lantai dengan cepat, segera undur diri dari hadapan Aura dan Azka.
Azka bersiul kecil melihat pelayan itu yang lumayan good looking. Merasa salah tingkah, pelayan itu berlari kecil untuk benar-benar pergi dari hadapan Azka.
"Sakit Ra!" Keluh Azka saat Aura memukul kepalanya dengan wajah tanpa dosa.
"Ingat Kak Kania, genit banget jadi orang."
KAMU SEDANG MEMBACA
3A
Teen FictionArka, kakak pertama di antara mereka bertiga. Tampan, cuek, pintar, sayang Aura. Azka, kakak kedua. Tampan, jahil, fucekboy, sayang Aura. Aurora, atau sering dipanggil Aura. Si bungsu kesayangan keluarga dan kakak-kakaknya. Apapun permintaannya, s...