3A - 26

21K 2.5K 297
                                    


Kania membuka matanya dengan perlahan, menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam matanya. Gadis itu menoleh kearah kanan, dimana seorang laki-laki yang tengah terlelap dengan menggunakan tangan kanannya sebagai bantal. Kania tersenyum kecil, memilih diam agar tidak membangunkan Azka yang begitu nyenyak dalam tidurnya.

Kania ganti menoleh kearah samping, melihat segelas air putih yang berada di atas nakas membuatnya meneguk ludah, Kania haus.

Tidak ada penjaga UKS, mungkin Azka mengusirnya, pikir Kania kemudian menghela nafas. Gadis itu memilih diam untuk kesekian kalinya, memandang wajah Azka dengan gemas.

Di saat tidur seperti ini, wajah Azka terlihat polos seperti orang tidak memiliki dosa. Tapi saat laki-laki itu bangun, kemudian memasang wajah mesum, hancur bayangan wajah polos itu.

Kania menelan ludah, membersit hidung mungilnya saat merasakan gatal. Kania memejamkan mata dan mengulum bibir, dia bisa menahannya, sungguh. Kania bisa menahan–

"HACHIMM!"

Ternyata tidak. Kania tidak bisa menahan suara bersinnya yang begitu menggelegar. Ini yang tidak ia sukai, sekuat apapun dia menahan suara saat bersin, selalu terdengar menggelegar. Pesona kalemnya seketika hilang.

Azka tersentak, laki-laki itu menatap seluruh ruangan kemudian menatap Kania yang sedang memasang wajah polos.

"Itu tadi Kamu yang bersin?" Tanya Azka dengan wajah polos, suaranya sedikit terdengar serak. Kania mengangguk tak kalah polos.

"Buset, kenceng banget" Ucap Azka membuat Kania mendelik.

"Udah diem" Azka langsung mingkem.

Kania merubah posisinya menjadi duduk, akhirnya dia bisa mengambil gelas air itu kemudian meneguk isinya hingga tandas. Azka terus menatap pergerakan yang Kania lakukan.

"Aku lagi pesenin spaghetti, bentar lagi sampai" Kania menoleh dengan mata berbinar. Teringat sesuatu, senyum di bibir gadis itu seketika sirna.

"Kenapa? Spaghetti makanan favorit Kamu 'kan?"

"Emang iya, tapi jangan deh, tadi Aku udah makan steak sapi yang dikasih Nyonya Violet. Nanti kalau Aku makan spaghetti–"

"Kenapa? Takut gendut? Gak papa, Kamu gendut Aku tetap cinta kok"

"Basi"

"Beneran deh, Aku gak suka cewek kurus."

"Kenapa?"

"Gak ada yang bisa di remes-remes soalnya"

"Mulutnya!"

Azka mengusap lengannya yang terasa panas bekas pukulan Kania, laki-laki itu pikir pukulan Kania tidak akan sakit mengingat gadis itu bangun dari pingsan. Tapi kemudian Azka tersenyum kecil mendapati kedua pipi Kania merona merah.

---

Aura membuka mulutnya dengan lebar, membiarkan Evin menyuapkannya pudding dengan sendok ukuran besar.

Tasya berdecak untuk kesekian kalinya, kenapa juga dia harus melihat keuwuan orang lain di depan mata secara langsung. Jika bukan karena Violet yang menyuruhnya, Tasya tidak akan berada di kamar Aura.

Evin duduk anteng, menyuapkan Aura dengan telaten. Dia tidak akan berbuat macam-macam lagi. Tidak akan.

Lima bodyguard wanita dengan badan besar mereka memperjelas kenapa Evin menjadi anteng. Dia bergerak sedikit saja salah satu dari mereka langsung melangkah mendekat. Dihajar Violet sendirian saja wajahnya babak belur, apalagi kalau merela berlima angkat tangan, bisa hancur wajah tampannya.

"Evin kalau mau juga boleh kok"

"Gak pa-pa, ini 'kan favorit Kamu. Lagian gak pengen juga"

Aura mengangguk paham, membuka mulutnya lagi agar Evin kembali menyuapinya.

"Apa?" Aura menatap Tasya dengan mengangkat sebelah alisnya.

"Iri ya? Makanya cepet gede biar dilirik sama Kak Arka" Nyinyir Aura.

"Hm" Tasya berdehem saja, malas meladeni Aura.

"Kakak pulang" Arka mengerjap, terkejut mendapati lima bodyguard wanita dengan tubuh kekar mereka sedang memperhatikan Evin tanpa kedip.

Arka menatap Evin, wajah babak belur itu membuatnya yakin akan satu hal. Aura tersenyum lebar, mengibaskan tangannya menyuruh Arka untuk segera mendekat.

Arka mengangguk saja, laki-laki itu menatap Tasya yang fokus menonton tv dengan mengunyah keripik kentang. Saking fokusnya, Tasya tidak menyadari kedatangan Arka.

Arka duduk di belakang Tasya, dan gadis itu masih sibuk mengunyah dengan mata tertuju ke arah tv. Putra pertama Casio itu semakin mendekatkan tubuhnya dengan Tasya.

Aura dan Evin mengulum bibir menahan gemas, Tasya benar-benar terlihat seperti orang tuli saat sedang fokus seperti sekarang. Mungkin karena tayangan tv yang juga sedang memasuki adegan serius dan menegangkan.

Arka memegang tangan kanan Tasya dan menyuapkan keripik kedalam mulutnya, laki-laki itu juga sedikit menjilat bumbu keripik yang terdapat di jari-jari Tasya.

Tasya melotot, menatap Arka dengan horor. Tubuh Arka yang berada di belakangnya membuat gadis itu merinding. Dada bidang Arka menempel di punggungnya, Tasya menelan ludah. Dalam hati memaki Azka yang pernah mengajaknya menonton film dewasa dan menjelaskan apa saja dalam film tersebut.

"Kenapa?" Tanya Arka dengan sebelah alis mengangkat.

Tasya kembali menelan ludah, suara bass itu masuk dengan mudahnya kedalam telinganya. Membuat tubuhnya semakin merinding.

Tasya menoleh kebelakang, Evin dan Aura sudah tidak ada didalam kamar begitu juga dengan lima bodyguard wanita yang berjaga. Hanya tinggal mereka berdua di dalam kamar.

Hanya berdua?

Arka dan Tasya.

Tasya mengerjap, Arka menempelkan dagunya di bahu kecil Tasya.

Arka kemudian memeluk Tasya dari belakang.

Kemudian Tasya pingsan.







Tbc.

762 words

3ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang