"Sendirian belum tentu jomblo""Kak Arka gak jomblo kok, dia punya banyak pacar di kamarnya"
"Hah? Kok Evin gak tau?"
"Loh? Evin gimana sih? Yang di rak ituloh. Itu pacarnya semua, setiap hari dibersihin, dirawat, diperhatiin terus"
"Maksud Kamu, pacar Arka itu buku?"
"Ho.oh"
Aura dan Evin saling berbisik, sebenarnya tidak bisa dibilang berbisik karena Arka mendengar dengan jelas perkataan mereka berdua. Lagipula, bagaimana bisa mereka berdua bergosip disamping orang yang mereka gosipkan?
"Dih, Kak Arka itu gak jomblo. Dia udah Tasya klaim milik Tasya seorang"
Tasya datang dari arah dapur sambil membawa semangkuk kue bolu buatan Zero dan Violet.
Pasangan suami istri sedang kompak membuat berbagai jenis makanan dan cemilan. Karena Zero pulang lebih awal, dan Violet memang sedang ingin memasak dan menambah skil memasaknya.
"Dibilangin, tinggiin badan dulu. Baru Aura bolehin pacaran sama Kak Arka. Ya 'kan Kak? Kak Arka mau sama Tasya kalau udah 180 cm 'kan?" Aura menatap Arka dengan mendelik kecil, meminta persetujuan.
Arka melirik Aura, kemudian menatap Tasya. "Hm"
Tasya meneguk ludah. 180 cm? Sekarang dia masih 165 cm. Butuh olahraga ekstra agar dirinya bisa mencapai tinggi seperti Violet.
Tapi, demi Arka. Tasya akan melakukan apapun itu.
"PERMISI YOROBUN!!!"
Semua pandangan mata tertuju kearah pintu utama saat mendengar suara cempreng dan menggelegar seseorang. Seorang gadis cantik berwajah imut dan mata bulatnya dengan kelereng biru sapphire yang tampak indah.
"Christa bawa oleh-oleh dari Indonesia! Mau gak? Kalo gak mau ya Christa makan sendiri!"
"Mau gak? Kok gak ada yang jawab?!"
"Padahal Christa udah berusaha pilihin kalian oleh-oleh yang–"
Christa mengatupkan bibirnya saat mendapat tatapan tajam Aura. Gadis berusia dua puluh tahun itu menyuruh bodyguard untuk menaruh beberapa bungkus kotak berukuran besar di ruang tamu.
Christa berubah menjadi kalem, dia tidak mau mendapat tatapan tajam Aura hanya karena suaranya–yang memang cempreng itu.
Padahal kalau Aura sedang mengamuk juga terkadang membuat kuping orang-orang sakit. Dasar ratu malas! Gumam Christa dalam hati.
"Papa sama Mamamu mana Chris?" Tanya Violet sambil menepuk pipi bulat Christa. Tidak lupa mencubitnya dengan keras membuat gadis itu memekik kesakitan.
"Lagi hanimun, buat dedek baru buat Christa" Yang langsung mendapat tempelengan dari Zero.
"Ngawur, ada anak kecil kok omongannya" Ucap Zero melirik Tasya yang kini mengerjap dengan mata polosnya.
"Gak pa-pa kok. Tasya udah tahu proses buat dedek baru" Tasya berucap dengan santai, Zero langsung mendelik.
"Siapa yang ngajarin?!"
"Kak Azka" Tasya yang polos.
---
"Enggak perlu Azka, gak usah repot-repot. Kamu traktir makan tadi Aku udah merasa kerepotan. Padahal Aku yang ngajak" Kania berucap tidak enak. Dia yang mengajak, tapi Azka yang membayar.
"Dih, harga segitu mah gak ada apa-apanya buat putra kedua Casio ini" Azka membusungkan dadanya dengan wajah sombong, Kania menepuk lengannya pelan.

KAMU SEDANG MEMBACA
3A
Teen FictionArka, kakak pertama di antara mereka bertiga. Tampan, cuek, pintar, sayang Aura. Azka, kakak kedua. Tampan, jahil, fucekboy, sayang Aura. Aurora, atau sering dipanggil Aura. Si bungsu kesayangan keluarga dan kakak-kakaknya. Apapun permintaannya, s...